Dapat 'Bonus' dari BI, Bank Dijamin Bakal Genjot Kredit!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Rabu, 09/08/2023 14:30 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki kuartal IV-2023, atau tepatnya pada 1 Oktober 2023, perbankan akan mendapatkan insentif dari Bank Indonesia. Ini akan membuat penyaluran kredit atau pembiayaan mereka lebih cepat.

Insentif ini berupa potongan kewajiban setoran giro wajib minimum (GWM) hingga sebesar 4% dari yang sebesar 9%. Namun, insentif ini diberikan jika bank-bank bisa menyalurkan kredit atau pembiayaan ke sektor-sektor prioritas di atas 3-7%, seperti hilirisasi minerba, hilirisasi non-minerba, perumahan, serta pariwisata.


"Nanti dapatnya GWM enggak perlu penuhi 9%, sehingga dia bisa penuhi 6,2% misalnya, Jadi ini penting selain konteks itu sektor-sektornya terdorong," ucap Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Solikin M. Juhro, saat taklimat media di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Dengan adanya kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) ini, Bank Indonesia optimistis, pertumbuhan kredit perbankan akan mendapat daya dorong sekitar 0,6-0,7 dari basis target pertumbuhan kredit perbankan sepanjang tahun ini yang 9-11%.

Solikin mengatakan, tambahan daya dorong kredit ini dipicu oleh semakin longgarnya likuiditas perbankan karena kebijakan itu. Menurutnya, perbankan akan mendapatkan kelonggaran likuiditas dari insentif sebesar 4% untuk potongan GWM itu senilai Rp 158,6 triliun.

Menurutnya, ini merupakan hasil perhitungan dari pemanfaatan kebijakan ini sebelumnya. Dalam kebijakan lama yang besaran insentifnya 2,8% hingga 14 Juni 2023 total 122 bank yang mendapat insentif itu memperoleh tambahan likuiditas Rp 108,4 triliun.

"Itu semua insentif manakala dia bisa manfaatkan semuanya. Dengan KLM ini ditambah ruangnya sebesar Rp 50 triliun, sehingga dengan konteks itu dampaknya ada tambahan kredit lagi meningkat sekitar 0,6-0,7%," ucap Solikin.

Solikin menjelaskan, daya dukung ini diharapkan dapat tercipta karena di tengah likuiditas perbankan yang longgar, tingkat penyaluran kredit hingga Juni 2023 atau semester I-2023 masih jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu.

Ia mengatakan, saat rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga atau (AL/DPK) sebesar 26,73% pada Juni 2023, dan suku bunga deposito dan kredit yang melandai di level masing-masing 4,14% dan 9,34%, pertumbuhan penyaluran kredit hanya 7,76% dari tahun lalu 10,66%.

"Tapi kita lihat sampai akhir tahun kita sudah diskusi dengan para perbankan, bank-bank besar, kita diskusi dan mereka rata-rata optimistis mencapai RBB (rencana bisnis bank) nya 9-11%. Itu RBB perbankan yang rata-rata 10% masih optimistis," ucapnya.

Adapun sektor-sektor kredit yang bisa mendapatkan insentif itu terbagi ke empat sektor. Sektor pertama adalah hilirisasi minerba seperti industri di sektor nikel, timah, tembaga, bauksit, serta besi baja, emas perak, aspal buton, maupun batubara.

Untuk di sektor hilirisasi minerba ini, bank-bank harus mampu meningkatkan kredit atau pembiayaannya sebesar 3-7% untuk mendapat potongan GWM sebesar 0,2%. Sedangkan bagi yang bisa menyalurkan di atas 7% akan mendapatkan insentif sebesar 0,3%.

"Kalau bank sangat rajin, semua sektor itu dibiayai dengan growth tinggi, dia dapat insentif nanti, dapatnya GWM gak perlu dipenuhi 9%," ujar Solikin.

Hitungan insentif akan sama untuk sektor sisanya. Misalnya, untuk sektor hilirisasi non minerba seperti tanaman pangan, pada, cabai, bawang; tanaman perkebunan CPO dan tebu, tanaman perkebunan, hingga perikanan dan peternakan.

Insentif bagi sektor hilirisasi non minerba ini akan mendapatkan potongan GWM 3-7% akan mendapatkan insentif potongan GWM sebesar 0,6% sedangkan untuk yang mampu membuat pertumbuhan kredit atau pembiayaannya di sektor itu di atas 7% mendapat insentif 0,8%.

Adapun untuk sektor perumahan, seperti KPR, KPA, konstruksi gedung tempat tinggal, serta real estate tempat tinggal akan mendapat insentif 0,5% bila penyaluran kreditnya tumbuh 3-7%, dan jika mampu di atas 7% mendapatkan 0,6%.

Sektor prioritas terakhir adalah pariwisata yang terdiri dari penyedia akomodasi, makanan, dan minuman. Insentif yang disiapkan sebesar 0,25% jika kreditnya tumbuh 3-7%, dan insentif sebesar 0,3% jika kreditnya tumbuh 7%.

Ada pula untuk insentif likuiditas pembiayaan inklusif yang besaran insentifnya 0,1%-1% jika Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) nya mampu di atas 10-50%. Juga untuk ulta mikro atau UMi 0-3% dengan insentif 0,3-0,5%.

Terakhir adalah insentif likuiditas makroprudensial untuk pembiayaan hijau dengan besaran potongan GWM 0,3-0,5% untuk yang mampu memberikan pangsa kredit atau pembiayaannya di sektor lingkungan sebesar 0-5%.

Dengan demikian, total penetapan besaran insentif paling besar 4%, meningkat dari sebelumnya paling besar 2,8%. Sehingga GWM yang perlu bank-bank setorkan ke Bank Indonesia jika mampu memanfaatkan seluruh ruang kredit itu hanya sekitar 6%.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Lapor Pak Prabowo! Pertumbuhan Kredit Melambat Lagi ke 7,6%