Data China Bikin Waspada, Kuatkah Rupiah Hari Ini?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) disinyalir akibat sikap pasar yang lebih wait and see data eksternal, padahal data ekonomi dalam negeri menunjukkan perbaikan.
Melansir data Refinitiv, mata uang Garuda pada perdagangan yang berakhir kemarin Senin (7/4/2023) melemah 0,11% secara harian ke posisi Rp15.180/US$ di pasar spot. Nilai tersebut kontras dengan perdagangan akhir pekan lalu yang menguat 0,11% di Rp15.165/US$.
Hari ini sejumlah data eksternal masih dinanti pasar, terutama dari China terkait data neraca dagang dan ekspor-impor penting diperhatikan karena berhubungan dengan posisi Indonesia sebagai eksportir komoditas terbesar ke negeri asal Panda tersebut.
Pelaku pasar memperkirakan neraca dagang China pada periode Juli 2023 akan ada penurunan tipis ke US$ 70,6 miliar, dibandingkan bulan sebelumnya di US$ 70,62 miliar. Sementara ekspor dan impor juga diperkirakan masih akan melemah masing-masing sebesar -12,5% dan -6,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Ekspor-impor China yang potensi melemah lagi akan berpengaruh pada aktivitas perdagangan RI dan tentu saja berhubungan dengan inflow yang bisa saja turun, dampaknya pasar keuangan bisa tergoncang lagi.
Sebagai informasi, secara historis ekspor telah menyusut sejak Februari tahun ini sedangkan impor negeri tirai bambu tersebut terpantau melemah selama empat bulan terakhir.
Negeri Paman Sam juga akan merilis neraca dagang dan ekspor-impor, tetapi pada pekan ini data inflasi menjadi fokus penting setiap pelaku pasar. Pasalnya inflasi masih menjadi isu utama yang menyebabkan sikap bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih hawkish.
Beda nasib dengan data eksternal yang tone-nya negatif terhadap pergerakan mata uang RI, data dari internal malah menunjukkan sejumlah perbaikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi RI kuartal II-2023 berhasil tumbuh 5,17% yoy, melampaui ekspektasi Menteri Keuangan Sri Mulyani di 5% dan Bank Indonesia (BI) sekitar 5,1%.
Bahkan, lebih baik dibandingkan ekspektasi poling CNBC Indonesia yang lebih rendah di kisaran 4,98% secara tahunan. Pertumbuhan ekonomi yang melesat ditopang mobilitas masyarakat yang kembali normal berkat seasonality Idul Fitri, ini juga menjadi yang tertinggi sejak tiga kuartal terakhir.
Sentimen positif dari dalam negeri juga datang dari cadangan devisa yang dilaporkan BI hingga akhir Juli 2023 berada di US$ 137,7 miliar, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$ 137,5 miliar. Posisi ini setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor dan enam bulan pembiayaan impor dan utang luar negeri negeri, serta masih berada di atas standar internasional sekitar tiga bulan impor.
BI menilai cadangan devisa masih mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. Harapannya hal ini bisa menjadi katalis positif bagi penguatan rupiah ke depan, mengingat intervensi BI dalam menahan devisa hasil ekspor (DHE) juga telah diperketat per awal Agustus ini.
Teknikal Rupiah
Dalam basis waktu satu jam, secara teknikal rupiah masih bergerak terkonsolidasi dalam melawan dolar AS mengikuti garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20).
Posisi support di sekitar Rp15.150/US$ yang bertepatan dengan MA50 hingga level psikologis Rp15.200/US$ sebagai area resistance menjadi rentang yang menguji tren pergerakan mata uang Garuda masih sideways.
Kendati demikian, apabila rupiah bisa menembus ke bawah garis MA50 tersebut akan membuat peluang penguatan rupiah lebih lanjut. Akan tetapi, perlu diantisipasi posisi resistance sebagai target pelemahan terdekat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)