
IHSG 'Galau' Tapi 6 Saham Ini Jadi Penahan Koreksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau 'galau' pada perdagangan sesi I Jumat (4/8/2023), di mana kekhawatiran pelaku pasar akan dampak dari dipangkasnya peringkat utang Amerika Serikat (AS) mulai mereda.
Per pukul 10:13 WIB, IHSG naik tipis 0,01% ke posisi 6.898,95. IHSG nyaris menyentuh level psikologis 6.900. Namun selang beberapa menit, IHSG langsung bergerak di zona merah, meski masih tipis-tipis yakni turun tipis 0,04%.
Setidaknya ada tiga sektor yang menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini, yakni sektor infrastruktur (1,46%), properti (1,37%), dan energi (1,01%).
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG.
Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 2,72 | 5.700 | 0,44% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2,36 | 2.420 | 2,54% |
United Tractors | UNTR | 2,17 | 27.675 | 1,93% |
Bayan Resources | BYAN | 1,71 | 18.425 | 0,68% |
Charoen Pokphand Indonesia | CPIN | 1,29 | 5.125 | 0,99% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 0,96 | 9.000 | 0,56% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham bank raksasa dengan kapitalisasi pasar terbesar kedua di bursa yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi penopang terbesar indeks pada sesi I hari ini, yakni mencapai 2,7 indeks poin.
Selain itu, saham raksasa batu bara mendominasi market movers atau top movers IHSG pada sesi I hari ini, yakni PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT United Tractors Tbk (UNTR), dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
IHSG cenderung bergerak mendatar, meski kekhawatiran pelaku pasar akan dampak dari dipangkasnya peringkat utang AS cenderung mulai mereda.
Hal ini terlihat dari mulai terpangkasnya koreksi di bursa AS, Wall Street dan mulai menghijaunya kembali bursa Asia-Pasifik pada hari ini.
Meski kekhawatiran sudah mulai mereda, tetapi volatilitas masih cukup tinggi. Namun, pergerakan IHSG pada hari ini sejatinya cenderung sideways.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) maupun Kementerian Keuangan optimis jika ketidakpastian ini hanya sementara. Secara fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat sehingga menarik bagi investor.
"Mudah-mudahan sentimennya lebih bersifat temporer. Kondisi supply-demand valas di pasar domestik tetap terkendali, BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut," tutur Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto, kepada CNBC Indonesia.
Indikator ekonomi RI sangat baik sehingga bisa menjadi 'senjata' kuat untuk melawan gejolak eksternal.
Di antaranya adalah inflasi yang terus melandai, pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, dan outlook defisit APBN 2023 yang lebih rendah yakni 2,28% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
'Senjata' ini diharapkan bisa kembali menarik investor saat kepanikan mereka reda.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Borong Big Cap, IHSG Mendadak Hijau di Detik Terakhir
