
Kekhawatiran Mulai Mereda, Bursa Asia Mulai Menghijau Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Jumat (4/8/2023), di mana kekhawatiran investor akan dampak dari pemangkasan peringkat utang Amerika Serikat (AS) sepertinya sudah mulai mereda.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang naik tipis 0,06%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,68%, Shanghai Composite China menguat 0,62%, dan ASX 200 Australia juga naik tipis 0,05%.
Sedangkan untuk indeks Straits Times Singapura turun 0,15% dan KOSPI Korea Selatan melemah 0,23%.
Dari Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) akan memberikan pernyataannya terkait alasan mereka secara tak terduga mempertahankan suku bunga di 4,1% pada Selasa lalu.
Dalam pernyataan tersebut, RBA juga akan menguraikan pandangan bank tentang kondisi ekonomi domestik dan internasional serta memberikan analisis keputusan kebijakan bank dan prospek inflasi dan pertumbuhan output.
Sebelumnya pada Selasa lalu, RBA memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 4,1%. RBA telah menaikkan suku bunga sebesar 400 basis poin (bp) sejak Mei tahun lalu, dalam siklus pengetatan paling agresif dalam sejarah modern untuk menjinakkan inflasi.
Meski suku bunga ditahan, tetapi potensi kembali dinaikannya suku bunga masih besar. Gubernur RBA, Philip Lowe mengatakan bahwa suku bunga yang lebih tinggi berfungsi untuk menciptakan keseimbangan yang lebih berkelanjutan antara penawaran dan permintaan dalam perekonomian.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah masih terkoreksinya bursa saham AS, Wall Street kemarin. Tetapi, koreksi Wall Street sudah mulai berkurang seiring meredanya kekhawatiran pasar.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,19%, S&P 500 terkoreksi 0,25%, dan Nasdaq Composite turun 0,1%.
Kekhawatiran pasar akan pemangkasan peringkat utang AS sepertinya mulai mereda, terlihat dari terpangkasnya koreksi Wall Street. Meski begitu, volatilitas Wall Street masih cenderung tinggi.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran sedikit meningkat pada pekan lalu.
Data klaim pengangguran untuk periode pekan yang berakhir 30 Juli mencapai 227.000, naik sebesar 6.000 dari pekan sebelumnya yang sebesar 221.000 klaim.
Data lain dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan adanya penurunan tajam dalam biaya tenaga kerja pada kuartal II-2023, berkat peningkatan tajam dalam produktivitas pekerja.
Hal ini menambah laporan bulan lalu yang menunjukkan moderasi signifikan dalam inflasi tahunan pada periode Juni 2023 serta pertumbuhan upah pada kuartal II-2023.
Laporan ini mengipasi optimisme bahwa ekonomi dapat menghindari resesi. Sebagian besar ekonom percaya bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mungkin tidak akan menaikkan suku bunga lagi pada siklus ini.
Namun, masih ada dua data tenaga kerja terbaru yang belum dirilis yakni data tingkat pengangguran dan laporan pekerjaan periode Juli.
Jika data tenaga kerja masih cukup kuat, bukan tidak mungkin The Fed masih akan mempertahankan kebijakan hawkish-nya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
