
IHSG Rebound, 6 Saham Ini Jadi Penopangnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau berhasil menguat pada perdagangan sesi I Kamis (3/8/2023), meski sentimen pasar dari eksternal cenderung kurang menggembirakan.
Per pukul 10:06 WIB, IHSG menguat 0,45% ke posisi 6.885,4. Meski berhasil menguat, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 6.900. IHSG pada sesi I hari ini bergerak di rentang 6.839,74 - 6.895,93.
Secara sektoral, sektor bahan baku, energi, dan kesehatan menjadi penopang IHSG pada sesi I hari ini, yakni masing-masing sebesar 1,01%, 1%, dan 0,92%.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG, sehingga indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut berhasil menguat.
Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | 7,31 | 5.775 | 1,32% |
Bayan Resources | BYAN | 3,87 | 18.825 | 0,94% |
Kalbe Farma | KLBF | 3,80 | 1.865 | 3,90% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | 2,20 | 110 | 0,92% |
United Tractors | UNTR | 1,39 | 27.050 | 1,22% |
Telkom Indonesia | TLKM | 1,25 | 3.710 | 0,54% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham bank raksasa dengan kapitalisasi pasar terbesar keempat di bursa yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi penopang terbesar indeks pada sesi I hari ini, yakni mencapai 7,3 indeks poin.
Selain saham BMRI, ada juga saham raksasa batu bara berkapitalisasi pasar terbesar ketiga di bursa yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar 3,9 indeks poin.
IHSG berhasil menguat setelah selama dua hari beruntun mengalami koreksi. IHSG sempat terbebani oleh kabar kurang menggembirakan yang datang dari Amerika Serikat (AS), di mana peringkat utang nasional AS dipangkas oleh lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings.
Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.
"Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," ujar Fitch Ratings.
Sebenarnya pada Mei lalu, Fitch telah memberi tanda waspada "rating watch negative" ke surat utang AS. Peningkatan masalah politik yang telah menghambat resolusi untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang menjelang tenggat waktu yang semakin dekat pun disebut sebagai penyebabnya.
"Dalam pandangan Fitch, telah terjadi kemerosotan yang stabil dalam standar tata kelola selama 20 tahun terakhir, termasuk masalah fiskal dan utang. Selain itu, ketegangan politik batas utang berulang dan resolusi menit terakhir telah mengikis kepercayaan pada manajemen fiskal," tambah Fitch.
Penurunan atau downgrade peringkat utang AS dapat membuat ketidakpastian global kembali meninggi dan tentunya membuat volatilitas pasar semakin membesar, termasuk pasar keuangan Indonesia.
Namun, baik Bank Indonesia (BI) maupun Kementerian Keuangan optimis jika ketidakpastian ini hanya sementara. Secara fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat sehingga menarik bagi investor.
"Mudah-mudahan sentimennya lebih bersifat temporer. Kondisi supply-demand valas di pasar domestik tetap terkendali, BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut," tutur Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto, kepada CNBC Indonesia.
Indikator ekonomi RI sangat baik sehingga bisa menjadi 'senjata' kuat untuk melawan gejolak eksternal.
Di antaranya adalah inflasi yang terus melandai, pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, dan outlook defisit APBN 2023 yang lebih rendah yakni 2,28% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
'Senjata' ini diharapkan bisa kembali menarik investor saat kepanikan mereka reda.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Borong Big Cap, IHSG Mendadak Hijau di Detik Terakhir
