Mayoritas Bursa Asia Merah Membara Lagi, Gimana IHSG?

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
03 August 2023 08:43
Bursa Asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik kembali dibuka melemah pada perdagangan Kamis (3/8/2023), di mana investor masih khawatir dengan dampak dari dipangkasnya peringkat utang Amerika Serikat (AS).

Per pukul 08:30 WIB, hanya indeks Straits Times Singapura dan KOSPI Korea Selatan yang cenderung menguat pada pagi hari ini. Straits Times naik tipis 0,09%, sedangkan KOSPI naik 0,1%.

Sementara sisanya terpantau melemah. Indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,05%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,45%, Shanghai Composite China turun 0,1%, dan ASX 200 Australia terkoreksi 0,64%.

Pada hari ini, beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik akan merilis data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI). Adapun negara-negara tersebut yakni Australia, Jepang, dan China.

Sementara dari Australia, data neraca perdagangan dan penjualan ritel periode Juni lalu juga akan dirilis pada hari ini.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah jatuhnya bursa saham AS, Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup merosot 0,98%, S&P 500 ambles 1,38%, dan Nasdaq Composite ambruk 2,17%.

Wall Street ditutup ambruk setelah lembaga pemeringkat internasional yakni Fitch Ratings menurunkan peringkat surat utang AS dari AAA menjadi AA+ yang merupakan konsekuensi dari dampak persoalan plafon utang pada Mei lalu.

Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.

"Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," ujar Fitch Ratings.

Sebenarnya pada Mei lalu, Fitch telah memberi tanda waspada "rating watch negative" ke surat utang AS. Peningkatan masalah politik yang telah menghambat resolusi untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang menjelang tenggat waktu yang semakin dekat pun disebut sebagai penyebabnya.

"Dalam pandangan Fitch, telah terjadi kemerosotan yang stabil dalam standar tata kelola selama 20 tahun terakhir, termasuk masalah fiskal dan utang. Selain itu, ketegangan politik batas utang berulang dan resolusi menit terakhir telah mengikis kepercayaan pada manajemen fiskal," tambah Fitch.

Akibat pemangkasan rating utang AS oleh Fitch Ratings, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun pun mencetak rekor tertingginya sejak November 2022.

Yield Treasury benchmark tenor 10 tahun naik 3 basis poin ke posisi 4,073%, menjadikannya rekor tertinggi sejak November tahun lalu.

Penurunan atau downgrade peringkat utang AS dapat membuat ketidakpastian global kembali meninggi dan tentunya membuat volatilitas pasar semakin membesar.

Di lain sisi, data tenaga kerja AS menunjukkan masih belum ada tanda-tanda pelemahan. Perusahaan pemrosesan penggajian ADP melaporkan perolehan pekerjaan mencapai 324.000 pada bulan lalu, dengan 201.000 berasal dari pekerjaan perhotelan dan rekreasi. Itu jauh di atas 175.000 tambahan yang diperkirakan ekonomi Dow Jones.

Meski begitu, angka ini lebih rendah dari periode Juni lalu, di mana ada 455.000 lapangan kerja yang tersedia.

Data tenaga kerja yang masih cukup kuat dapat membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) berpotensi masih akan bersikap hawkish, meski inflasi terus mendekati target yang ditetapkan yakni sebesar 2%.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular