Bahaya! Bursa Asia Dibuka Kebakaran, Nikkei Ambles 1% Lebih

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 02/08/2023 08:47 WIB
Foto: REUTERS/Toru Hanai

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (2/8/2023), memyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) yang secara mayoritas juga ditutup melemah.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang ambles 1,13%, Hang Seng Hong Kong melemah 0,54%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,36%, Straits Times Singapura terpangkas 0,44%, ASX 200 Australia terjerembab 0,61%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,52%.

Dari Korea Selatan, inflasinya pada periode Juli 2023 tumbuh dengan laju terendah sejak Juni 2021. Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) bulan lalu hanya tumbuh 2,3% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Juni lalu yang tumbuh 2,7%. Angka ini juga lebih rendah dari prediksi pasar yang memperkirakan CPI Korea Selatan tumbuh 2,4%.


Meski begitu, secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Ginseng naik 0,1% pada bulan lalu, dari sebelumnya yang stabil di 0% pada Juni lalu.

Pada Senin awal pekan ini, risalah dari bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) mengungkapkan bahwa anggota dewan mendukung suku bunga acuan yang dipertahankan pada 3,5%.

Tetapi, keputusan tersebut tergantung dari indikator ekonomi riil, seperti tingkat inflasi dan kondisi stabilitas keuangan.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah koreksinya mayoritas bursa Wall Street kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,2% ke posisi 35.630,68. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite berakhir melemah. S&P 500 melemah 0,27% ke 4.576,73, sedangkan Nasdaq terkoreksi 0,43% menjadi 14.283,91.

Investor di AS masih memantau perkembangan dari perilisan laporan keuangan emiten di AS pada kuartal II-2023. Beberapa emiten farmasi di AS telah merilis laporan keuangannya pada kuartal II-2023 hari ini.

Sejauh ini, 51% emiten di S&P 500 telah melaporkan hasil aktual dari laporan keuangan pada kuartal II-2023. Dari perusahaan tersebut, 80% telah melaporkan EPS aktual di atas perkiraan, yaitu di atas rata-rata 5 tahun terakhir sebesar 77% dan di atas rata-rata 10 tahun sebesar 73%.

Terlepas dari kinerja sejauh ini, analis bersiap untuk penurunan pendapatan 7,1% dari tahun lalu, menurut FactSet, dan penurunan laba kuartal ketiga berturut-turut.

Sementara itu, investor cenderung merespons kecewa dengan rilis beberapa data aktivitas manufaktur yang masih berkontraksi dan data tenaga kerja yang tidak sesuai ekspektasi.

Data aktivitas manufaktur (PMI manufaktur) AS periode Juli 2023 versi S&P Global dan ISM akan dirilis pada hari ini. Keduanya terpantau mengalami kenaikan.

Untuk versi S&P Global, PMI manufaktur pada bulan lalu naik menjadi 49, dari sebelumnya di angka 46,3 pada Juni lalu. Sedangkan versi ISM, PMI manufaktur AS hanya naik sedikit menjadi 46,4, dari sebelumnya pada Juni lalu di angka 46.

Meski kedua versi PMI manufaktur AS mengalami kenaikan, tetapi masih berada di zona kontraksi yang menandakan bahwa sektor manufaktur Negeri Paman Sam masih melambat.

PMI menggunakan angka 50 sebagai batasnya. Jika berada di bawah 50, menandakan sektor manufaktur sedang mengalami kontraksi. Sebaliknya, jika berada di atas 50, maka sektor manufaktur sedang berekspansi.

Sementara untuk data tenaga kerja AS yang telah dirilis pada hari ini yakni data pembukaan lapangan kerja JOLTS. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah lapangan kerja baru pada periode Juni 2023 turun menjadi 9,58 juta lapangan, dari sebelumnya pada Mei lalu sebanyak 9,62 juta lapangan kerja.

Data JOLTS akan dipantau oleh pelaku pasar dan pembuat kebijakan yakni bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), karena dapat memberikan wawasan berharga mengenai dinamika penawaran-permintaan di pasar tenaga kerja.

Data tenaga kerja ini juga tentunya akan menjadi pertimbangan The Fed untuk menentukan langkah kebijakan suku bunga acuannya berikutnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel