Awal Agustus Wall Street Dibuka Memerah, Ada Apa?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Selasa, 01/08/2023 21:20 WIB
Foto: Pasar Finansial Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street dibuka melemah pada perdagangan Selasa (1/8/2023), di mana investor masih terus memantau perkembangan dari perilisan laporan keuangan emiten di AS pada kuartal II-2023.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka naik tipis 0,04% ke posisi 35.573,262. Namun untuk indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite dibuka melemah. S&P 500 melemah 0,32% ke 4.574,35, sedangkan Nasdaq terkoreksi 0,56% menjadi 14.265,48.

Investor di AS masih memantau perkembangan dari perilisan laporan keuangan emiten di AS pada kuartal II-2023. Beberapa emiten farmasi di AS telah merilis laporan keuangannya pada kuartal II-2023 hari ini.


Perusahaan farmasi raksasa, Merck, kerugian dan pendapatan yang lebih kecil dari perkiraan yang melebihi ekspektasi berkat penjualan Keytruda yang kuat. Saham Merck pun melesat lebih dari 1%.

Sedangkan perusahaan farmasi lainnya yakni Pfizer membukukan kinerja keuangan yang beragam, karena penjualan produk Covid anjlok.

Selain perusahaan farmasi, beberapa perusahaan di AS juga telah merilis kinerja keuangan kuartal II-2023 pada hari ini. Emiten kontraktor dan alat berat Caterpillar juga melaporkan laba dan pendapatan yang lebih baik dari perkiraan, membuat sahamnya melonjak 2%.

Sementara untuk perusahaan ride hailing Uber, juga melaporkan angka yang beragam, tetapi membukukan keuntungan mengejutkan yang dapat mengangkat sahamnya hingga berhasil melesat sekitar 1% di sesi awal perdagangan hari ini.

Pada pekan ini, ada 160 emiten konstituen S&P 500 yang dijadwalkan akan merilis kinerja keuangannya pada kuartal II-2023 pekan ini. Sejauh ini, lebih dari separuh perusahaan dalam indeks pasar luas telah melaporkan, dengan 82% membukukan ketukan pendapatan, menurut FactSet.

Hal ini semakin meningkatkan harapan pelaku pasar bahwa perekonomian AS akan mampu menghindari resesi karena inflasi mulai menunjukkan tanda-tanda melambat.

Namun, terlepas dari kinerja sejauh ini, banyak pelaku pasar di Wall Street memproyeksikan musim ini dengan negatif dan ekspektasi penurunan pendapatan dari tahun lalu.

"Musim pelaporan teknologi kuartal kedua sekitar setengah jalan, dan sejauh ini hasilnya beragam. Tetapi dengan latar belakang tuntutan valuasi untuk sektor ini secara keseluruhan, kami yakin investor harus bersiap menghadapi volatilitas ke depan dan selektif dalam sektor ini," kata Mark Haefele, kepala investasi UBS Global Wealth Management, dikutip dari CNBC International.

Di lain sisi, pasar juga cenderung wait and see menanti rilis data aktivitas manufaktur dan data tenaga kerja.

Data aktivitas manufaktur (PMI manufaktur) AS periode Juli 2023 versi S&P Global dan ISM akan dirilis pada hari ini. Keduanya terpantau mengalami kenaikan.

Untuk versi S&P Global, PMI manufaktur pada bulan lalu naik menjadi 49, dari sebelumnya di angka 46,3 pada Juni lalu. Sedangkan versi ISM, PMI manufaktur AS hanya naik sedikit menjadi 46,4, dari sebelumnya pada Juni lalu di angka 46.

Meski kedua versi PMI manufaktur AS mengalami kenaikan, tetapi masih berada di zona kontraksi yang menandakan bahwa sektor manufaktur Negeri Paman Sam masih melambat.

PMI menggunakan angka 50 sebagai batasnya. Jika berada di bawah 50, menandakan sektor manufaktur sedang mengalami kontraksi. Sebaliknya, jika berada di atas 50, maka sektor manufaktur sedang berekspansi.

Sementara untuk data tenaga kerja AS yang telah dirilis pada hari ini yakni data pembukaan lapangan kerja JOLTS. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan jumlah lapangan kerja baru pada periode Juni 2023 turun menjadi 9,58 juta lapangan, dari sebelumnya pada Mei lalu sebanyak 9,62 juta lapangan kerja.

Data JOLTS akan dipantau oleh pelaku pasar dan pembuat kebijakan yakni bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), karena dapat memberikan wawasan berharga mengenai dinamika penawaran-permintaan di pasar tenaga kerja.

Data tenaga kerja ini juga tentunya akan menjadi pertimbangan The Fed untuk menentukan langkah kebijakan suku bunga acuannya berikutnya.

Namun, masih ada beberapa data tenaga kerja di AS yang akan dirilis pada pekan ini, yakni data perubahan tenaga kerja ADP, data klaim pengangguran mingguan periode pekan lalu, dan data penggajian non-pertanian (non-farming payroll/NFP).

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcidonesia.com


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Beda Arah "Jurus" Bank Sentral Dunia Atasi Ketidakpastian Dunia