Bank Indonesia Revisi Target Pertumbuhan Kredit

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
01 August 2023 17:28
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo  saat Konferensi Pers Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Selasar Kretagama, Gd. Ali Wardhana Lantai 3, Jl Lapangan Banteng Timur Jakarta Pusat, Jumat (28/7/2023). (CNBC Indonesia, Muhammad Sabki)
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo  saat Konferensi Pers Devisa Hasil Ekspor (DHE) di Selasar Kretagama, Gd. Ali Wardhana Lantai 3, Jl Lapangan Banteng Timur Jakarta Pusat, Jumat (28/7/2023). (CNBC Indonesia, Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia merevisi target pertumbuhan kredit di tengah melambatnya penyaluran dana oleh perbankan kepada pihak ketiga. 

Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo pertumbuhan kredit tahun ini akan berkisar 9%–11% atau tidak sampai dengan target yang sebelumnya ditetapkan 10%-12%.

"Kredit proyeksi tidak samapai 10%-12%, kami sampaikan 9%-11%," katanya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan di Jakarta, Selasa (1/8/2023).

Perry mengatakan oleh karena itu BI memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial untuk mendorong pertumbuhan kredit atau pembiayaan perbankan melalui implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) bagi bank konvensional dan bank syariah. Kebijakan ini akan berlaku pada 1 Oktober 2023. 

Kebijakan tersebut menaikkan batas atas insentif likuiditas menjadi 4%, meningkat dari sebelumnya paling besar 2,8%. Hal ini, kata Perry akan, membuka peluang kredit baru yang disalurkan perbankan sebesar Rp 47,9 triliun. 

Sementara itu, penyaluran kredit perbankan kembali melambat pada akhir paruh pertama 2023. Berdasarkan jenisnya, persentase pertumbuhan seluruh segmen pembiayaan menyusut pada Juni 2023.

Mengutip data Bank Indonesia, industri perbankan menyalurkan kredit senilai Rp 6.636,1 triliun, naik 7,7% secara tahunan (yoy). Pada bulan sebelumnya kredit tumbuh 9,5% yoy atau masih dalam rentang target BI, yakni 9%-11%.

Bila dirinci perlambatan utamanya disebabkan oleh kredit korporasi yang melambat 260 basis poin (bps) menjadi 6,4% yoy. Kredit yang menyasar korporat ini berkontribusi 51,28% atau setara Rp 3.402,8 triliun.

Pada periode yang sama, kredit perorangan melambat 60 bps menjadi 9,1% yoy. Kredit perorangan menyumbang 47,94% atau Rp 3.181,1 triliun.

Detailnya, kredit investasi pertumbuhannya turun 320 basis poin (bps) menjadi 8,4%yoy dari 11,6%. Industri pengolahan anjlok cukup dalam, yakni dari 16,4%yoy menjadi 7,9%yoy.

Bila dilihat, kredit perorangan melambat karena kredit kendaraan bermotor dan kredit multiguna. Pada periode yang sama, kredit pemilikan rumah (KPR) justru menguat.

Senada dengan sektor yang lain, pertumbuhan kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga melambat. Pertumbuhan kredit UMKM tercatat sebesar 7,1% yoy, turun 40 bps dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya.

Kredit skala mikro melambat 80 bps, sedangkan kontraksi pada kredit kecil dan menengah semakin besar.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kredit Bank Mei Tumbuh 9,4%, Ini Industri yang Jadi Primadona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular