
20 Saham BUMN Ini Masih Murah Banget, Kamu Minat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak awal tahun indeks Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berisi 20 saham pilihan masih cenderung bergerak stagnan atau hanya menguat tipis 0,94%. Namun, ternyata beberapa saham masih terpantau murah valuasinya.
Dalam menilai mahal dan murahnya harga saham, kami menggunakan indikator valuasi Price to Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV) yang dibandingkan dengan data historis-nya selama rata-rata lima tahun terakhir.
Apabila nilai valuasi berada di bawah rata-rata artinya harga saham masih murah atau undervalued. Sebaliknya, jika nilai PER atau PBV sudah berada di atas rata-rata maka harga saham sudah mahal atau overvalued.
Menilai dari indikator PER terlebih dahulu, ternyata ada 18 saham masih murah. Sementara dua sisanya yakni TLKM sudah mahal, kemudian WIKA masih mencatatkan kerugian sehingga nilai PER jadi minus, sehingga indikator yang berhubungan dengan earning tidak relevan digunakan.
Perlu dicatat khusus bagi sektor perbankan PER yang terlihat murah terjadi karena kenaikan laba bersih yang bahkan beberapa emiten big bank seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sempat mencatatkan laba tertinggi sepanjang masa. Dengan begitu, nilai laba per lembar saham melonjak signifikan dan membuat valuasi PER jadi murah.
Agar lebih relevan valuasi-nya perlu dinilai juga dengan PBV yang menekankan pada penggunaan modal. Terpantau untuk saham sektor perbankan yang masuk sebagai konstituen IDX BUMN 20 hanya ada dua yang masih murah yaitu PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), sementara sisanya sudah mahal.
BRIS hingga kini masih di harga PBV 0,65 kali, di bawah nilai rule of thumb 1 kali dan rata-rata lima tahun terakhir sebesar 0,87 kali. Sementara, BMRI dihargai sebesar 2,83 kali PBV, berada di bawah rata-rata lima tahun 4,32 kali.
Selanjutnya ada, sektor konstruksi yang terdiri dari PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT PP Tbk (PTPP), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) terpantau menjadi yang nilai PBV paling rendah, ketiganya kompak dihargai di bawah nilai rule of thumb. Hanya saja jika dinilai dengan rata-rata lima tahun, hanya PTPP dan ADHI saja yang murah, untuk WIKA masih dinilai mahal.
Perlu diperhatikan juga sektor yang berhubungan dengan bangunan ini masih memiliki tantangan klasik mulai dari utang tinggi, margin tipis, dan kabarnya masih dalam proses penggabungan perusahaan baik di merger ataupun menjadi holding to holding.
Terakhir, menggunakan PBV yang dinilai sudah mahal ada PT Aneka Tambang Tbk karena nilainya sudah berada di atas rata-rata lima tahun, untuk saham lainnya terpantau masih memiliki valuasi murah, secara rinci bisa dilihat pada tabel berikut :
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cek 10 Saham RI Valuasinya Paling Mahal, Ada Punya Kamu?