Bursa Asia Kompak Dibuka Bergairah, Nikkei-Hang Seng Melejit

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
31 July 2023 08:37
Bursa Asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kompak dibuka menguat pada perdagangan Senin (31/7/2023), di mana investor akan memantau rilis data aktivitas manufaktur di China.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melejit 1,79%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,61%, Shanghai Composite China menguat 0,4%, Straits Times Singapura bertambah 0,27%, ASX 200 Australia terapresiasi 0,26%, dan KOSPI Korea Selatan melesat 1,01%.

Dari China, data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) versi NBS periode Juli 2023 akan dirilis pada hari ini. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur China sedikit naik menjadi 49,2, dari sebelumnya di angka 49 pada Juni lalu.

Meski diprediksi sedikit naik, tetapi PMI manufaktur China diprediksi masih berada di zona kontraksi.

Sementara itu dari Jepang, output industri naik 2% pada Juni lalu dibandingkan dengan bulan sebelumnya, lebih rendah dari 2,4% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Laporan pendahuluan juga menunjukkan bahwa secara tahunan, output industri turun 0,4%, pembalikan tajam dari kenaikan 3,1% yang terlihat pada Mei lalu.

Kementerian ekonomi, perdagangan, dan industri Jepang mengatakan bahwa produksi kendaraan bermotor, suku cadang dan perangkat elektronik, serta mesin terutama berkontribusi pada peningkatan pada periode Juni.

Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang secara mayoritas menguat cenderung mengikuti pergerakan bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.

Indeks Dow Jones ditutup menguat 0,5%, S&P 500 melesat 0,99%, dan Nasdaq Composite melejit 1,9%.

Wall Street yang berhasil menghijau kembali pada akhir pekan lalu terjadi setelah investor cenderung merespons data inflasi personal consumption expenditure (PCE). Indeks ini melandai ke 3% (year-on-year/yoy) pada Juni 2023. Angka tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), indeks naik tipis 0,2% pada Juni, dari 0,2% pada Mei.

Indeks melemah karena turunnya harga barang tetapi harga gas masih naik. Pengeluaran untuk energi menjadi komponen yang paling anjlok yakni sebesar 18,9% (yoy).

Sementara itu, PCE inti melandai ke 4,1% (yoy) pada Juni, terendah sejak September 2021 atau 10 bulan terakhir. Laju PCE inti juga lebih rendah dibandingkan dengan ekspektasi pasar yakni 4,2%.

Sebagai catatan, PCE inti menjadi pertimbangan utama bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan moneternya.

Dengan melandai PCE dan PCE inti maka ada harapan The Fed melunak pada September mendatang.

Seperti diketahui, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 bp menjadi 5,25-5,5% pada Rabu pekan lalu.

Kenaikan sebesar 25 bp sudah sesuai ekspektasi pasar. Namun, pasar kecewa karena The Fed masih membuka opsi untuk menaikkan suku bunga ke depan.

Keputusan suku bunga masih akan sangat tergantung pada data berkembang.

Pasar sempat khawatir pada Kamis kemarin setelah estimasi menunjukkan pertumbuhan ekonomi masih kencang.

Estimasi terbaru AS menunjukkan ekonomi AS tumbuh 2,4% (quarter-to-quarter/qtq) pada April-Juni 2023 atau kuartal II-2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yakni 2% ataupun ekspektasi pasar yakni 1,8%.

AS pada Kamis pekan lalu juga mengumumkan data klaim pengangguran. Jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran AS menurun 7.000 menjadi 221.000 pada pekan yang berakhir pada 22 Juli.

Jumlah tersebut adalah yang terendah dalam lima bulan terakhir dan jauh di bawah ekspektasi pasar yakni 235.000.

Masih tingginya pertumbuhan ekonomi AS dan menurunnya klaim pengangguran menunjukkan jika ekonomi AS masih panas. Dua faktor ini menjadi sinyal jika inflasi AS bisa sulit turun ke depan. Pasar pun kemudian khawatir jika ini bisa mempersulit pelonggaran kebijakan The Fed.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular