Market Commentary

IHSG Galau, 7 Saham Ini Jadi Pemberatnya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 July 2023 11:19
Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau terkoreksi pada perdagangan sesi I Kamis (27/7/2023), di mana pergerakan IHSG pada hari ini cenderung volatil.

Per pukul 10:59 WIB, IHSG melemah 0,1% ke posisi 6.941,07. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.900 pada sesi I hari ini.

Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 0,72%. Selain itu, sektor bahan baku juga memberatkan IHSG sebesar 0,66%.

Beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Telkom IndonesiaTLKM-6,193.820-1,55%
Bayan ResourcesBYAN-3,8220.550-2,03%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT-1,482.800-1,06%
Astra InternationalASII-1,206.550-0,76%
Merdeka Copper GoldMDKA-1,193.370-0,30%
Adaro Energy IndonesiaADRO-1,012.470-1,20%
Kalbe FarmaKLBF-1,001.910-1,29%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni mencapai 6,2 indeks poin.

Sedangkan saham raksasa batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang beberapa hari sebelumnya menjadi top movers IHSG, pada sesi I hari ini menjadi bottom movers atau pemberat yakni sebesar 3,8 indeks poin.

Pergerakan IHSG cenderung volatil, di mana IHSG sempat menguat di awal perdagangan sesi I hari ini, kemudian terkoreksi. Meski terlihat volatil, tetapi sejatinya pergerakan IHSG cenderung sideways.

Koreksi IHSG terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) mengumumkan hasil rapat dua harinya dini hari tadi waktu Indonesia.

The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bp) menjadi 5,25-5,5%, setelah pada pertemuan sebelumnya yakni edisi Juni 2023 menahan suku bunga acuannya.

Dengan kenaikan tersebut, suku bunga The Fed (Federal Fund Rate/FFR) sudah naik sebanyak 11 kali dengan total kenaikan sebesar 525 bp sejak Maret 2022. Suku bunga di level 5,25-5,5% saat ini adalah yang tertinggi sejak 2001 atau 22 tahun terakhir.

Kenaikan suku bunga sebesar 25 bp memang sudah sesuai ekspektasi pasar. Tetapi, yang membuat pasar kecewa adalah The Fed masih membuka kemungkinan kenaikan ke depan tergantung pada perkembangan data ekonomi.

Padahal, pasar berekspektasi jika kenaikan pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini.

Chairman The Fed, Jerome Powell menjelaskan keputusan suku bunga akan sangat tergantung pada data yang berkembang.

"Bisa saya katakan ada kemungkinan bahwa kami akan menaikkan suku bunga kembali di September jika datanya meyakinkan," tutur Powell.

Namun, Powell juga mengindikasikan ada peluang The Fed untuk menahan suku bunga ke depan jika datanya mendukung.

"Saya juga bisa katakan ada peluang bagi kami untuk memilih menahan suku bunga. Kami akan melakukan penilaian secara hati-hati dari meeting ke meeting," imbuh Powell.

Belum jelasnya kebijakan The Fed ke depan akan menimbulkan lebih banyak ketidakpastian global karena investor harus menunggu dan mempertimbangkan rilis data ekonomi AS terbaru.

Alhasil, investor akan cenderung kembali wait and see dan membuat pasar saham kembali mengalami volatilitas yang tinggi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular