
Hati-Hati! Modus Begal Digital Rekening Bank Makin Ngeri

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ini, marak terjadi modus soceng atau social engineering yang melibatkan ekosistem perbankan. Dalam seminggu, terdapat tiga hoax yang melibatkan dua bank besar RI yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) atau BNI dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) atau BCA.
Baru-baru ini, beredar modus phising lewat surat pengumuman yang mengatasnamakan BNI soal kebijakan baru kenaikan biaya transfer sebesar Rp 150 ribu per bulan.
Kemudian, beredar modus phising melalui pamflet digital atau flyer yang menginformasikan BCA memberikan fasilitas gratis biaya transfer antar-bank, dengan syarat nasabah meng-klik tombol sign up.
Selain itu, beredar pula tangkapan layar dan narasi untuk para pengguna layanan BCA Mobile yang memberikan peringatan adanya virus pada aplikasi itu.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi, maraknya modus peniputan digital di sektor keuangan ini terjadi seiring dengan semakin majunya teknologi. Ia mengatakan penipuan digital dengan berbagai modus baru akan terus muncul.
Maka dari itu, masyarakat sebagai konsumen harus lebih kritis lagi dalam menerima dan mencermati informasi. Selain itu, data pribadi perbankan seperti One-Time Password (OTP), email pribadi, password, pin, dan lain sebagainya juga harus disimpan baik-baik.
Heru juga menyarankan agar sebaiknya e-mail yang biasa dipakai untuk transaksi belanja online atau e-commerce tidak di log-in di HP yang sehari-hari kita gunakan. Sehingga proses double verification baik dari perbankan atau di platform keuangan digital lainnya, tidak terjadi di gawai yang sama.
"Karena kita harus bisa membayangkan ketika ponsel kita hilang, sekarang itu kan ponsel tidak sekedar ponsel lagi tapi juga merupakan alat transaksi keuangan, apakah itu perbankan atau e-wallet," ujarnya saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (26/7/2023).
Selain itu, Heru menyebut pihak perbankan juga harus cepat dan antisipatif dalam memberantas modus penipuan digital yang sudah berulang kali terjadi.
"Kalau kita lihat sepertinya berulang kali terjadi penipuan lewat informasi yang menyesatkan masyarakat ya, tapi perbankannya nampaknya kurang gercep (gerak cepat)," katanya.
Selain dengan memberikan imbauan secara masif kepada masyarakat, perbankan disebut harus memperkuat sistem teknologi informasi atau IT demi mencegah pencurian data pribadi para nasabah.
"Harus dipastikan bahwa masyarakat memiliki double verification dan kode biometric, apakah itu dengan retina atau sidik jari. Sehingga tidak serta-merta akunnya bisa dicuri dan dana yang ada di dalamnya bisa diambil," jelas Heru.
Kemudian, dalam pemberantasan fenomena ini, pemerintah disebut juga harus konsisten melakukan pengawasan serta mengidentifikasi modus-modus penipuan sektor keuangan yang sedang marak di masyarakat, serta memberikan solusinya. Terlebih, pengumuman dari pemerintah dapat bersifat lebih tegas dalam memperingatkan masyarakat.
(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Hacker Jual Jasa Bobol Rekening MyBCA, Apa Iya Bisa?
