Market Commentary

IHSG Bergairah Lagi, 6 Saham Ini Jadi Penopang

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 24/07/2023 16:42 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona hijau pada akhir perdagangan Senin (24/7/2023), meski investor sedang menanti keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Bank Indonesia (BI).

Hingga akhir perdagangan hari ini, IHSG menguat 0,27% ke posisi 6.899,396. Meski berhasil menguat, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 6.800 hingga akhir perdagangan pekan ini.

Secara sektoral, sektor energi menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini, yakni sebesar 3,33%.


Selain itu, beberapa saham turut menjadi penopang IHSG, sehingga indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut berhasil menghijau kembali.

Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada perdagangan hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Bayan ResourcesBYAN15,7619.6504,94%
Telkom IndonesiaTLKM4,973.9001,04%
Astra InternationalASII4,776.5501,55%
United TractorsUNTR3,5525.4003,67%
Adaro Energy IndonesiaADRO1,692.4702,07%
Indo Tambangraya MegahITMG1,2628.0004,58%

Sumber: Refinitiv

Saham raksasa batu bara dengan kapitalisasi pasar terbesar ketiga yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi penopang IHSG paling besar di sesi I hari ini, yakni mencapai 15,8 indeks poin.

Di tengah ketidakpastian pasar akan berbagai pengumuman suku bunga pekan ini, IHSG tetap mampu melanjutkan penguatan dari awal paruh kedua tahun ini.

Setidaknya ada lima bank sentral yang akan akan menggelar rapat moneter pada pekan ini. Di antaranya adalah Bank Indonesia (BI), The Fed (AS), bank sentral Eropa (ECB), bank sentral Jepang (BoJ), dan bank sentral Afrika Selatan.

Namun, sentimen penguatan IHSG seiring dengan Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 12 analis/ekonom memperkirakan jika BI masih akan menahan suku bunga di level 5,75% pada bulan ini.

Suku bunga di level 5,75% sudah berlaku sejak Januari tahun ini atau enam bulan berakhir.

Inflasi Indonesia memang sudah jauh melambat dari 5,95% (yoy) pada September 2022 menjadi 3,52% (yoy) pada Juni 2023. Inflasi inti juga sudah melandai dari 3,36% (yoy) pada Desember 2022 menjadi 2,58% (yoy) pada Juni 2023.

Di tengah potensi Bank Indonesia yang masih akan dovish terhadap suku bunganya, FedWatch milik CME Group melihat ada probabilitas sebesar 99,2% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5% pada Selasa dan Rabu (25-26 Juli) waktu AS.

Jika kemudian hasil rapat FOMC kembali hawkish atau agresif menaikkan suku bunga, BI berpotensi ke depan ikut hawkish mengingat fokus BI saat ini adalah menjaga stabilitas rupiah. Karena itulah, sulit bagi BI untuk memulai memangkas suku bunga pada bulan ini.

Sentimen tersebut berpotensi menahan laju IHSG ke depannya, meski kenaikan suku bunga BI berpotensi menjadi yang terakhir. Kendati demikian, dalam horizon waktu lebih panjang IHSG berpotensi memasuki fase bullish seiring kebijakan pelonggaran keuangan (QE) yang akan datang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat