
5 Bank Sentral Mau Rapat, IHSG Mulai 'Nyundul' 6.900

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat dan sempat menembus level psikologis 6.900 pada perdagangan sesi I, Senin (24/7/2023).
IHSG naik 0,25% ke posisi 6.898,04 pada penutupan sesi. Sebanyak 296 saham naik, 206 saham turun, dan 231 saham stagnan. Nilai transaksi mencapai Rp4,89 triliun dan volume perdagangan 15,60 miliar saham.
Di tengah ketidakpastian pasar akan berbagai pengumuman suku bunga pekan ini, IHSG tetap mampu melanjutkan penguatan dari awal paruh kedua tahun ini.
Setidaknya ada lima bank sentral yang akan akan menggelar rapat moneter pada pekan ini. Di antaranya adalah Bank Indonesia (BI), The Fed (AS), bank sentral Eropa (ECB), bank sentral Jepang (BoJ), dan bank sentral Afrika Selatan.
Namun, sentimen penguatan IHSG seiring dengan Polling CNBC Indonesia yang melibatkan 12 analis/ekonom memperkirakan jika BI masih akan menahan suku bunga di level 5,75% pada bulan ini.
Suku bunga di level 5,75% sudah berlaku sejak Januari tahun ini atau enam bulan berakhir.
Inflasi Indonesia memang sudah jauh melambat dari 5,95% (yoy) pada September 2022 menjadi 3,52% (yoy) pada Juni 2023. Inflasi inti juga sudah melandai dari 3,36% (yoy) pada Desember 2022 menjadi 2,58% (yoy) pada Juni 2023.
Di tengah potensi Bank Indonesia yang masih akan dovish terhadap suku bunganya, FedWatch milik CME Group melihat ada probabilitas sebesar 99,2% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menjadi 5,25-5,5% pada Selasa dan Rabu (25-26 Juli) waktu AS.
Jika kemudian hasil rapat FOMC kembali hawkish atau agresif menaikkan suku bunga, BI berpotensi ke depan ikut hawkish mengingat fokus BI saat ini adalah menjaga stabilitas rupiah. Karena itulah, sulit bagi BI untuk memulai memangkas suku bunga pada bulan ini.
Sentimen tersebut berpotensi menahan laju IHSG ke depannya, meski kenaikan suku bunga BI berpotensi menjadi yang terakhir. Kendati demikian, dalam horizon waktu lebih panjang IHSG berpotensi memasuki fase bullish seiring kebijakan pelonggaran keuangan (QE) yang akan datang.
Analisis Teknikal
![]() Analisa IHSG |
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG mampu menembus resistance berupa Fibonacci 78,6% (6.880), tetapi masih belum mampu bertahan di atas level psikologis 6.900.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI berada di 64,92.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD memotong garis sinyal dari bawah, sinyal golden cross (indikator pembalikan).
Pada sesi II, IHSG berpeluang menguat dan menguji resistance penting terdekat di level psikologis 6.900. Support terdekat untuk IHSG berada di garis Fibonacci 78,6% (6.880) dan MA 20 (6.857).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat