
Bursa Asia Dibuka Cerah, Kecuali Hang Seng-Shanghai

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung menguat pada perdagangan Senin (24/7/2023), di mana investor pada hari ini memantau rilis data ekonomi di kawasan tersebut, terutama terkait data aktivitas manufaktur dan jasa.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melonjak 1,26%, Straits Times Singapura menguat 0,55%, ASX 200 Australia naik tipis 0,05%, dan KOSPI Korea Selatan bertambah 0,18%.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong ambles 1,38% dan Shanghai Composite China melemah 0,39%.
Data aktivitas manufaktur dan jasa yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI) di beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik akan dirilis pada hari ini. Adapun negara-negara yang akan merilis data PMI manufaktur yakni Australia dan Jepang,
Selain data PMI manufaktur dan jasa Australia dan Jepang, di Singapura, data inflasi pada periode Juni 2023 juga akan dirilis pada hari ini.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat terjadi di tengah beragamnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,01% dan S&P 500 juga menguat tipis 0,03%. Namun untuk indeks Nasdaq Composite ditutup melemah yakni sebesar 0,22%.
Pergerakan bursa Wall Street dibayangi oleh pengumuman kinerja perusahaan periode April-Juni 2023.
Kinerja keuangan perusahaan sejauh ini masih bergerak beragam. Sebanyak 70% saham di bursa S&P 500 yang sudah melaporkan kinerja keuangan membukukan kinerja yang di atas ekspektasi.
Pergerakan bursa Wall Street pekan ini diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan serta keputusan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Pekan ini, ada laporan keuangan dari tiga perusahaan raksasa yakni Alphabet, Meta Platforms, danMicrosfot. Ketiga perusahaan tersebut merupakan bagian dari "Magnificent Seven" yang palingmenggerakan bursa S&P. Empat perusahaan lain adalah Amazon, Apple, Tesla, dan Nvidia.
Namun, perhatian terbesar pelaku pasar pada pekan ini adalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu waktu AS.
Rapat FOMC pada bulan ini sangat ditunggu-tunggu karena menjadi "moment of the truth" atas ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed kedepannya.
Tak hanya keputusan suku bunga yang ditunggu, tetapi publik hingga pelaku pasar juga menanti pernyataan atau sinyal kebijakan The Fed setelah bulan ini.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 99,2% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bp menjadi 5,25-5,5% pada bulan ini. Namun, yang ingin ditunggu pasar adalah apakah The Fed memberi sinyal kapan pelonggaran kebijakan akan dilakukan.
Pelaku pasar berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini. Pasalnya, inflasi AS sudah jauh melandai ke 3% (year-on-year/yoy) pada Juni tahun ini, dari 9,1% (yoy) pada Juni tahun lalu.
Kebijakan The Fed ini akan ditunggu oleh pelaku pasar global, termasuk Asia-Pasifik. Jika keputusan The Fed sesuai ekspektasi pasar maka pasar akan bergerak ke arah positif.
Tak hanya The Fed, pada pekan ini, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) dan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) juga akan menggelar rapat kebijakan moneternya.
Khusus untuk BoJ, diperkirakan akan tetap menahan suku bunga ultra rendah meskipun inflasi Jepang sudah meningkat tajam dan di atas target BoJ serta yen terus melemah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
