Rupiah Dilema! Pasar Tenaga Kerja AS Masih Kuat

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
21 July 2023 09:03
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Republik Indonesia (RI) pada perdagangan kemarin, Kamis (20/72023) kembali menunjukkan keperkasaan-nya dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) di tengah ketidakpastian eksternal.

Merujuk data Refinitiv, Rupiah menguat tipis 0,03% secara harian ke angka Rp 14.985/US$ di pasar spot, melanjutkan tren positif pada Selasa (18/7/2023) yang ditutup di posisi Rp14.990.

Walaupun mata uang Garuda selama dua hari terakhir menguat, nampaknya hari ini akan menghadapi tantangan dari kondisi pasar tenaga AS yang masih kuat. Pasalnya semalam data pengangguran per 15 Juli 2023 turun ke angka 228.000 secara mingguan, angka ini meleset dari perkiraan pasar yang proyeksi naik ke 242.000 dibandingkan pekan sebelumnya di 237.000.

Pengangguran turun menunjukkan pasar tenaga kerja masih kuat, ini menjadi satu indikasi bahwa inflasi di AS akan sulit turun ke target bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di angka 2% dan bisa memicu sikap the Fed tetap hawkish dalam menaikkan suku bunga.

Kendati demikian, sentimen dari dalam negeri diharapkan masih bisa menopang pergerakan rupiah melalui penerapan aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di perbankan selama tiga bulan pada 1 Agustus 2023 mendatang, menurut Peraturan Pemerintah (PP) 36 tahun 2023.

Head of Macroeconomics & Financial Research BSI, Kahfi Riza menilai aturan baru DHE ini berpotensi meningkatkan suplai valas di tengah tingginya risiko ketidakpastian global. Selain itu ketentuan ini juga cukup bijak karena menyasar eksportir besar dengan minimal US$ 250 ribu sehingga eksportir UMKM masih memiliki keleluasaan.

Peningkatan suplai valas tentunya berkaitan erat dengan permintaan rupiah yang akan meningkat sehingga pasar keuangan tanah air akan menerima dampak positif. Hal ini juga berhubungan pada cadangan devisa yang bakal melonjak sehingga ketahanan eksternal semakin kuat.

Pada akhir pekan ini, Jumat (20/7/2023) pasar akan diwarnai rilis data foreign direct investment Indonesia periode kuartal II-2023. Apabila data tersebut meningkat bakal menjadi katalis positif bagi pergerakan mata uang Garuda karena tingginya minat asing sejalan dengan prospek ekonomi Indonesia yang membaik.

Menurut Bank Indonesia (BI) dengan laju inflasi yang semakin melandai sesuai target dalam rentang 2% - 4%, sudah cukup memadai untuk menahan suku bunga di 5,75%. Kebijakan ekonomi longgar potensi mendukung pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tetap positif dalam kisaran 4,5% - 5,3%.

Dari eksternal, penguatan rupiah kemarin sepertinya juga merespon kebijakan bank sentral China (PBoC) yang mengumumkan menahan suku bunga pinjaman tenor satu tahun dan lima tahun, masing-masing di angka 3,55% dan 4,20%. Aksi menahan suku bunga dilakukan bank sentral negara tirai bambu tersebut sebagai langkah memberikan gairah pelaku usaha agar mampu bertahan di kondisi ekonomi yang masih lesu.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal pergerakan rupiah terhadap dolar AS dalam basis waktu per jam masih dalam tren sideways atau stagnan mengikuti garis rata-rata selama 20 jam atau moving average 20 (MA20).

Sebagai antisipasi pelaku pasar posisi resistance di Rp15.000/US$ yang bertepatan dengan level psikologis kuat menjadi target jangka pendek apabila mata uang Garuda melemah. Sementara untuk target penguatan rupiah terdekat bisa melihat support di posisi Rp14.940/US$ yang diambil dari horizontal berdasarkan low candle 14 Juli 2023.

Pergerakan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS)Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS)

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Rupiah Ambruk ke Rp16.635 per USD, Dekati Level Saat 1998

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular