
Investor Masih Cerna Data Ekonomi, Bursa Asia Berakhir Loyo

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup melemah pada perdagangan Kamis (20/7/2023), karena investor mencerna banyak data ekonomi di kawasan tersebut, terutama dari Jepang dan China.
Indeks ASX 200 Australia ditutup naik tipis 0,02% ke posisi 7,325 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat 0,5% menjadi 6.864,19.
Sedangkan indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles 1,23% ke 32.490,5, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,13% ke 18.928,02, Shanghai Composite China merosot 0,92% ke 3.169,52, Straits Times Singapura turun tipis 0,03% ke 3.274,38, dan KOSPI Korea Selatan melemah 0,31% menjadi 2.600,23.
Dari Jepang, kinerja ekspor mengalami kenaikan tipis menjadi 1,5% pada Juni 2023 secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya yang tumbuh 0,6% pada Mei 2023.
Sementara impor Jepang pada bulan lalu kembali berkontraksi menjadi 12,9% (yoy), dari sebelumnya pada Mei lalu yang berkontraksi -9,8%.
Dengan ini, maka impor Jepang sudah melandai selama tiga bulan beruntun. Alhasil hal ini dapat berdampak pada menurunnya permintaan dari Jepang akan produk dari negara lain.
Namun, data ekspor dan impor Jepang terbaru membuat neraca perdagangan Jepang kembali mencatatkan surplus menjadi JPY 43 miliar pada Juni 2023, dari sebelumnya yang defisit sebesar JPY 1,38 triliun pada Mei lalu.
Sementara itu dari China, bank sentral (People's Bank of China/PBoC) hari ini barus aja mengumumkan jika mereka tetap mempertahankan suku bunga pinjaman acuan (loan prime rate/LPR) untuk tenor satu tahun di posisi 3,55% pada Juli 2023 dan untuk tenor lima tahun di angka 4,20%.
Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar yang tetap mempertahankan suku bunganya dibandingkan periode sebelumnya.
Meski PboC memutuskan untuk menahan suku bunga pinjaman acuannya, tetapi dunia kini menunggu langkah lanjutan dari PBoC untuk ikut memulihkan ekonomi China yang tengah melambat.
Sebelumnya pada Senin awal pekan ini, PDB China pada kuartal II-2023 tumbuh sebesar 6,3% (yoy), angka ini meleset dari ekspektasi. Berdasarkan perkiraan ekonom yang di survei Reuters pada kuartal II-2023 ini pertumbuhan ekonomi China mencapai 7,3% (yoy).
Sementara secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), laju pertumbuhan ekonomi China tercatat 0,8% dari kuartal I-2023. Angka ini tercatat lebih lambat dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang tercatat 2,2%.
Melambatnya ekonomi China menjadi kekhawatiran besar pasar mengingat Negara Tirai Bambu adalah negara dengan size ekonomi terbesar kedua di dunia sekaligus motor penggerak utama pertumbuhan Asia.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
