Emas Mendidih, Saham Merdeka Copper (MDKA) Meroket 5%
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten pertambangan emas dan mineral lainnya yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) terpantau melesat pada perdagangan sesi II Kamis (20/7/2023).
Per pukul 14:46 WIB, saham MDKA melonjak 5,7% ke posisi Rp 3.340/unit. Saham MDKA bergerak di rentang harga Rp 3.190 - Rp 3.340.
Saham MDKA sudah ditransaksikan sebanyak 6.576 kali dengan volume sebesar 26,38 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 86,93 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 80,53 triliun.
Hingga pukul 14:46 WIB, di order bid atau beli, terdapat 3.120 lot antrian di harga Rp 3.330/unit atau sekitar Rp 1,04 miliar. Sedangkan antrian beli terbanyak berada di harga Rp 3.260/unit, yakni sebanyak 16.090 lot antrian atau sekitar Rp 5,2 miliar.
Sementara di order offer atau jual, terdapat 4.834 lot antrian di harga Rp 3.340/unit atau sekitar Rp 1,6 miliar. Adapun antrian jual terbanyak berada di harga Rp 3.360/unit, yang mencapai 11.909 lot antrian atau sekitar Rp 4 miliar.
Saham MDKA terbantu oleh pergerakan harga emas yang sempat melesat pada perdagangan Selasa lalu, meski sejak kemarin hingga hari ini, pergerakannya cenderung volatil.
Harga emas dunia pada Selasa lalu melesat melesat 1,23% di posisi US$ 1.978,72 per troy ons. Posisi penutupan Selasa lalu menjadi yang tertinggi sejak 17 Mei 2023 atau dalam dua bulan terakhir.
Namun dari kemarin hingga hari ini, harga emas terpantau terkoreksi tipis. Pada perdagangan Rabu kemarin, harga emas di pasar spot ditutup turun tipis 0,08% di posisi US$ 1.9777,25 per troy ons.
Harga emas masih melemah pada hari ini. Per pukul 06:11 WIB, harga emas ada di posisi US$ 1.976,86 per troy ons atau melemah tipis 0,02%.
Harga emas melemah setelah terbang tinggi pada Selasa lalu, yakni melesat 1,23% di posisi US$ 1.978,72 per troy ons. Posisi penutupan Selasa lalu menjadi yang tertinggi sejak 17 Mei 2023 atau dalam dua bulan terakhir.
Analis TD Securities menjelaskan emas melemah karena harga sang logam mulia sudah terbang tinggi. Pelaku pasar akan memilih menunggu sebelum memastikan bahwa data-data ekonomi AS memang mendukung bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) akan melunak.
Pasar memang masih memproyeksi kenaikan suku bunga 25 basis poin (bp) pada bulan ini tetapi kenaikan tersebut diperkirakan akan menjadi yang terakhir.
Analis dari OANDA, Edward Moya menjelaskan emas dunia bisa melonjak ke kisaran US$ 2.000. Namun, level tersebut baru bisa dicapai jika The Fed memang sudah memastikan tidak akan menaikkan suku bunga.
Syarat lainnya adalah pulihnya ekonomi China. Tiongkok tengah menjadi sorotan karena ekonominya yang melambat. Padahal, China adalah konsumen terbesar emas sehingga akan sangat menentukan harga.
"Permintaan emas dari konsumen dan industri China diproyeksi akan sulit naik dalam jangka pendek sampai ekonomi China benar-benar pulih," tutur Moya, kepada Reuters.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)