Ada Peluang IHSG Bakal Ditutup Hijau di Sesi II
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat rebound hingga penutupan sesi I hari ini, Kamis (20/7/2023).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG naik 0,39% ke 6.857. Sebanyak 279 saham naik, 208 saham turun, dan 234 saham stagnan.
Nilai transaksi perdagangan tercatat sebesar Rp5,66 triliun dan volume perdagangan 10 miliar saham.
IHSG kembali menguat setelah libur dalam rangka Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Hijriah 1445 H. Sebelum libur, IHSG sempat terkoreksi selama dua hari beruntun.
Pada hari ini, sentimen pasar dari dalam negeri cenderung minim, sehingga pelaku pasar akan memantau sentimen pasar dari eksternal. Adapun sentimen dari eksternal berasal dari Jepang dan China.
Dari Jepang, data ekspor dan impor periode Juni 2023 telah dirilis pagi hari ini. Kinerja ekspor Jepang mengalami kenaikan tipis dari 0,6% (year-on-year/yoy) pada Mei 2023 menjadi 1,5% (yoy) pada Juni.
Sementara itu hal kurang baik datang dari impor yang jatuh cukup dalam menjadi -12,9% (yoy) pada Juni dibandingkan bulan sebelumnya sebelumnya -9,8%.
Impor sudah terkoreksi selama tiga bulan beruntun. Alhasil hal ini dapat berdampak pada menurunnya permintaan dari Jepang akan produk dari negara lain, termasuk Indonesia. Padahal, Jepang adalah pasar ekspor terbesar kedua Indonesia sepanjang tahun ini setelah China.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke Jepang terus mengalami penurunan sejak Januari 2023 dari US$ 1.889,6 juta menjadi US$ 1.449,9 juta pada Juni 2023.
Ekspor Indonesia ke Jepang pada Januari-Juni 2023 tercatat US$ 10 miliar, anjlok 7,54% dibandingkan periode sebelumnya.
Sementara itu dari China, bank sentral (People's Bank of China/PBoC) hari ini barus aja mengumumkan jika mereka tetap mempertahankan suku bunga pinjaman acuan (loan prime rate/LPR) untuk tenor satu tahun di posisi 3,55% pada Juli 2023 dan untuk tenor lima tahun di angka 4,20%.
Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar yang tetap mempertahankan suku bunganya dibandingkan periode sebelumnya
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG berusaha menembus resistance terdekat berupa MA 20 (6.860), tetapi masih sedikit tertahan di bawah garis tersebut.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI berada di 56,26.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di bawah garis sinyal, dengan kecenderungan yang mulai menyempit.
Di sesi II, IHSG berpeluang menguat terbatas dan menguji resistance penting terdekat di garis MA 20 (6.860) sebelum menentukan arah selanjutnya. Support terdekat untuk IHSG berada di 6.808 (Fibo 61,8%).
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(mkh/mkh)