IHSG Cerah, Ternyata 6 Saham Ini yang Bantuin
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat pada perdagangan sesi I Kamis (20/7/2023), setelah selama dua hari sebelumnya sempat terkoreksi.
Per pukul 10:38 WIB, IHSG menguat 0,55% ke posisi 6.867,72. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.800 pada pagi hari ini.
Secara sektoral, tiga sektor menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni sektor bahan baku sebesar 1,4%, sektor keuangan sebesar 1,16%, dan sektor properti sebesar 1,1%.
Beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG, sehingga indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut kembali menguat.
Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | 19,33 | 5.550 | 3,74% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 5,06 | 3.310 | 4,75% |
Bank Central Asia | BBCA | 3,35 | 9.200 | 0,55% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 1,92 | 9.025 | 1,40% |
Indah Kiat Pulp & Paper | INKP | 1,62 | 9.050 | 3,72% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | 1,48 | 2.780 | 1,09% |
Sumber: RTI
Saham perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar keempat yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi penopang IHSG paling besar di sesi I hari ini, yakni mencapai 19,3 indeks poin.
Tak hanya saham BMRI saja, dua saham bank raksasa lainnya juga menjadi movers IHSG pada sesi I hari ini, yakni saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 3,4 indeks poin dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 1,9 indeks poin.
IHSG kembali menguat setelah libur dalam rangka Tahun Baru Islam atau Tahun Baru Hijriah 1445 H. Sebelum libur, IHSG sempat terkoreksi selama dua hari beruntun.
Pada hari ini, sentimen pasar dari dalam negeri cenderung minim, sehingga pelaku pasar akan memantau sentimen pasar dari eksternal. Adapun sentimen dari eksternal berasal dari Jepang dan China.
Dari Jepang, data ekspor dan impornya periode Juni 2023 telah dirilis pagi hari ini. Kinerja ekspor Jepang mengalami kenaikan tipis dari 0,6% (year-on-year/yoy) pada Mei 2023 menjadi 1,5% (yoy) pada Juni. Sedangkan hal kurang baik datang dari impor yang jatuh cukup dalam menjadi -12,9% (yoy) pada Juni dibandingkan bulan sebelumnya sebelumnya -9,8%.
Impor sudah terkoreksi selama tiga bulan beruntun. Alhasil hal ini dapat berdampak pada menurunnya permintaan dari Jepang akan produk dari negara lain, termasuk Indonesia. Padahal, Jepang adalah pasar ekspor terbesar kedua Indonesia sepanjang tahun ini setelah China.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke Jepang terus mengalami penurunan sejak Januari 2023 dari US$ 1.889,6 juta menjadi US$ 1.449,9 juta pada Juni 2023.
Ekspor Indonesia ke Jepang pada Januari-Juni 2023 tercatat US$ 10 miliar, anjlok 7,54% dibandingkan periode sebelumnya.
Sementara itu dari China, bank sentral (People's Bank of China/PBoC) hari ini barus aja mengumumkan jika mereka tetap mempertahankan suku bunga pinjaman acuan (loan prime rate/LPR) untuk tenor satu tahun di posisi 3,55% pada Juli 2023 dan untuk tenor lima tahun di angka 4,20%.
Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar yang tetap mempertahankan suku bunganya dibandingkan periode sebelumnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)