Harga Batu Bara Bangkit, Sahamnya di RI Pesta
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten batu bara menghijau pada perdagangan sesi I Kamis (20/7/2023), di tengah positifnya harga emas hitam dalam empat hari terakhir.
Per pukul 09:57 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 14 saham terpantau menguat, tiga saham cenderung stagnan, dan tiga saham terpantau melemah.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Golden Eagle Energy | SMMT | 1.045 | 5,03% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.000 | 3,09% |
Bumi Resources | BUMI | 137 | 3,01% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.370 | 1,72% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 25.650 | 1,58% |
ABM Investama | ABMM | 3.460 | 1,47% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 5.425 | 1,40% |
Harum Energy | HRUM | 1.510 | 1,34% |
Bukit Asam | PTBA | 2.780 | 1,09% |
Indika Energy | INDY | 2.050 | 0,99% |
TBS Energi Utama | TOBA | 422 | 0,96% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 4.790 | 0,84% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.740 | 0,54% |
United Tractors | UNTR | 24.325 | 0,31% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 402 | 0,00% |
MNC Energy Investment | IATA | 62 | 0,00% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 50 | 0,00% |
Bayan Resources | BYAN | 18.575 | -0,13% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 63 | -1,56% |
Atlas Resources | ARII | 188 | -1,57% |
Sumber: RTI
Saham PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) memimpin penguatan saham batu bara pada sesi hari ini, yakni melonjak 5,03% ke posisi Rp 1.045/saham.
Selain itu, sebagian besar saham raksasa batu bara juga menghijau pada pagi hari ini. Namun sayangnya, saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN), menjadi satu-satunya saham raksasa batu bara yang terkoreksi pada pagi hari ini yakni melemah 0,13% menjadi Rp 18.575/saham.
Saham batu bara RI kembali bergairah, ditopang oleh menguatnya harga batu bara, di mana harga batu bara sudah menguat dalam empat hari terakhir.
Pada perdagangan Rabu kemarin, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus ditutup menguat 0,25% di posisi US$ 138,40 per ton. Posisi penutupan pada kemarin adalah yang tertinggi dalam tujuh hari perdagangan terakhir.
Penguatan hari ini memperpanjang tren positif pasir hitam yang terus menguat sejak Kamis pekan lalu. Dalam empat hari terakhir, harga batu bara sudah terbang 8,85%.
Kondisi ini berbanding terbalik pada pekan-pekan sebelumnya di mana harga batu bara terus tersungkur karena melemahnya permintaan.
Kenaikan harga batu bara ditopang seiring melonjaknya permintaan listrik China yang memecahkan rekor akibat adanya gelombang panas.
Gelombang panas (heatwaves) yang terjadi di China menyebabkan permintaan listrik melonjak, menyebabkan konsumsi batu bara menyentuh rekor di lebih dari 1.000 pembangkit listrik tenaga batu bara di China, sebagaimana dilansir dari Democracy Now.
Melesatnya permintaan terjadi setelah pemerintah China menyetujui peningkatan kapasitas listrik tenaga batu bara baru yang memecahkan rekor 86 gigawatt tahun lalu.
Otoritas China pada Senin lalu menyebut adanya cuaca 'neraka', di mana suhu telah mencapai rekor 52,2 derajat Celcius (126 derajat Fahrenheit) di barat laut negara itu selama akhir pekan.
India sebagai negara importir batu bara terbesar kedua setelah China juga mengalami peningkatan produksi dalam negeri. Di sisi permintaan, India berpotensi mengalami pelemahan.
Tak hanya di China, gelombang panas juga mulai menerjang Benua Biru, seperti di selatan Prancis, Italia, Spanyol, dan Yunani.
Kenaikan harga batu bara juga ditopang oleh proyeksi meningkatnya peningkatan listrik pada 2024.
Sebelumnya, krisis energi yang terjadi akibat adanya shortage batu bara memaksa harga batu bara mengalami perlambatan sepanjang 2023.
Namun, melansir Reuters, International Energy Agency (IEA) memperkirakan akan terjadi rebound permintaan listrik pada 2024 yang artinya perlu ada sumber energi lain untuk menyokong tingginya kebutuhan.
Data IEA memproyeksi tingkat pertumbuhan global untuk konsumsi energi akan melambat menjadi kurang dari 2% pada tahun 2023, turun dari 2,3% pada tahun 2022, yang juga turun dari rata-rata lima tahun sebelum COVID-19 sebesar 2,4%.
Untuk tahun 2024, angka tersebut diperkirakan akan naik menjadi 3,3%, karena prospek ekonomi membaik. Adanya potensi kenaikan permintaan listrik pada 2024 yang lebih tinggi dibanding rerata lima tahun terakhir menjadi faktor penguatan harga batu bara.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd)