'Obat Kuat' Ampuh, Rupiah Bangkit untuk Taklukkan Dolar
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada penutupan perdagangan hari ini, Rupiah ditutup menguat tipis di tengah masih menunggunya rilis data Amerika Serikat (AS) malam ini.
Dilansir dari Refinitiv, Rupiah menguat 0,07% terhadap dolar AS ke angka Rp 14.990/US$1. Pergerakan Rupiah hari ini relatif stabil atau dengan range sempit karena investor belum dapat menentukan sikap.
Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan 0,3% yang dialami rupiah pada perdagangan Jumat pekan lalu.
Tidak ada pergerakan yang signifikan terhadap rupiah hari ini meskipun besok pasar akan tutup karena libur Tahun Baru Islam.
Beberapa sentimen dari dalam negeri maupun luar negeri yang menjadi penggerak nilai mata uang Garuda hari ini.
Dari domestik, capital inflow pada 10-13 Juli 2023 terdapat net buy sebesar Rp 7,1 triliun dan net buy pada Surat Berharga Negara sebesar Rp 6,54 triliun.
Sentimen positif lainnya datang dari dirilisnya aturan mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE). Aturan DHE diperketat karena eksportir wajib menyetor minimal 30% DHE selama minimal tiga bulan.
Dalam kondisi ekonomi tertentu, pengetatan aturan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pasokan dolar AS di Indonesia sehingga rupiah dapat menguat di masa mendatang.Aturan DHE menjadi 'obat' dan senjata baru bagi penguatan rupiah ke depan.
Sedangkan sentimen luar negeri, pasar masih menunggu rilis data penjualan retail untuk Juni, produksi industri, hingga produksi manufaktur. Karena itulah, investor masih berada dalam mode wait and see.
Data tersebut akan menjadi pertimbangan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan suku bunga.
FedWatch CME Group, investor mengantisipasi peluang hampir 97%jika The bakal menaikkan suku bunga akhir bulan ini, setelah menghentikan kenaikan pada bulan Juni.
Beberapa analis juga memperkirakan bahwa AS tidak lagi memiliki masalah inflasi setelah inflasi AS turun tajam menjadi 3% (year on year/yoy) pada Juni tahun ini. Dengan inflasi yang melandai, pelaku pasar kini berekspektasi jika The Fed akan melunak.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(rev/rev)