
Neraca Dagang RI Diramal Surplus Lagi, Rupiah Bisa Menguat?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada akhir perdagangan pekan lalu nilai tukar rupiah mencatatkan kinerja cemerlang dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Merujuk data Refinitiv, mata uang Garuda pada Jumat (14/7/2023) ditutup menguat 0,07℅ ke posisi Rp14.955/US$. Selama sepekan rupiah mampu menguat 1,17℅ dan menjadi tanda berakhirnya tren ambruk selama empat pekan beruntun. Penguatan tersebut juga yang paling tajam sejak akhir April tahun ini atau dalam 2,5 bulan terakhir.
Pada hari ini, Senin (17/7/2023) akan rilis data neraca perdagangan RI yang potensi jadi katalis positif bagi nilai tukar rupiah. Pasalnya, pasar memproyeksikan surplus neraca dagang periode Juni 2023 akan berlanjut.
Surplus naik disebabkan lonjakan impor pada bulan lalu di-proyeksi tidak akan terulang lagi. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juni 2023 akan mencapai US$ 1,17 miliar.
Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Mei 2023 yang mencapai US$ 0,44 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 38 bulan beruntun
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 19% (year on year/yoy) sementara impor terkoreksi 6,69% pada Juni 2023. Sebagai catatan, nilai ekspor Mei 2023 menguat 0,96% (yoy) dan melonjak 12,61% (month to month/mtm) menjadi US$ 21,72 miliar. Pada periode sama impor tumbuh 14,35 (yoy) dan melonjak 38,65% (mtm) menjadi US$ 21,28 miliar.
Lonjakan impor pada Mei terbilang di luar kebiasaan karena impor lebih kerap terkontraksi sepanjang tahun ini. Lonjakan impor diperkirakan tidak akan terjadi kembali pada Juni sehingga neraca perdagangan diproyeksi lebih besar.
Baik impor dan ekspor diperkirakan akan terkoreksi pada Juni akibat melandainya harga komoditas serta permintaan dari mitra dagang Indonesia.
Hal ini karena meski ekonomi China mulai membaik, akan tetapi aktivitas perdagangan-nya masih saja tertekan dan tampak kehilangan momentum pertumbuhan setelah dilanda pandemi bertahun-tahun.
Perekonomian negeri tirai bambu diketahui naik 4,5% yoy pada kuartal I-2023, meningkat dari pertumbuhan 2,9% di kuartal IV-2022 dan melampaui perkiraan pasar sebesar 4%. Itu adalah laju ekspansi terkuat sejak kuartal I-2022, di tengah upaya untuk memicu pemulihan pasca pandemi.
Pagi ini data pertumbuhan ekonomi negeri asal panda tersebut untuk kuartal II-2023 juga akan rilis dengan perkiraan tumbuh sekitar 7,3℅ yoy, menurut data yang dihimpun trading economic.
Kendati demikian, ekspor China dilaporkan turun dengan besaran paling jumbo dalam tiga tahun pada Juni, angkanya merosot lebih buruk dari perkiraan yakni 12,4% (yoy). Sementara impor juga turun lebih dari yang diharapkan yakni sebesar 6,8% (yoy).
Ini menandakan bahwa ekonomi China tampak semakin terpukul. Negara yang dipimpin oleh presiden Xi Jin Ping ini tampak kehilangan momentum untuk pulih setelah tertekan dari Covid-19.
Meskipun begitu, dari dalam negeri sejumlah data ekonomi nampak membaik yang bisa menjadi penopang kuatnya pasar keuangan di tengah tekanan dari negeri asal panda tersebut, seperti melandai-nya ke inflasi sesuai target Bank Indonesia (BI) dan rilis-nya peraturan mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Aturan DHE dibuat lebih ketat termasuk dengan mewajibkan eksportir menaruh DHE minimal 30% dengan jangka waktu paling singkat tiga bulan. Aturan tersebut juga memungkinkan pemerintah mewajibkan konversi jika stabilitas ekonomi tengah goyang. Pengetatan aturan ini diharapkan mampu menambah pasokan dolar AS ke dalam negeri sehingga rupiah bisa semakin kuat ke depan.
Teknikal Rupiah
Dalam basis waktu satu jam, secara teknikal pergerakan rupiah melawan dolar AS dalam tren turun mengikuti garis rata-rata atau moving average selama 20 jam (MA20). Ini menunjukkan penguatan mata uang Garuda masih bisa terus berlanjut.
Tren penguatan terdekat bisa di lihat pada posisi support yang potensi diuji di Rp14.910/US$ berdasarkan horizontal line yang diambil dari low candle pada 23 Juni 2023. Sementara itu, perlu juga diantisipasi posisi resistance atau target pelemahan apabila harga bergerak berbalik arah di Rp14.985/US$ yang diambil berdasarkan horizontal line dari low candle 27 Juni 2023.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Neraca Dagang RI Surplus Lagi, Mampukah Rupiah Menguat?
