Ladang Minyak Libya Ditutup, Minyak Kembali Melesat
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kembali melesat pada pembukaan perdagangan Jumat (14/7/2023) karena pasokan lebih ketat dan inflasi Amerika Serikat (AS) yang melandai.
Harga minyak mentah WTI dibuka melesat 0,35% di posisi US$77,16 per barel, begitu juga harga minyak mentah brent dibuka menguat 0,34% ke posisi US$81,64 per barel.
Pada perdagangan Kamis (13/7/2023), minyak WTI di tutup melesat 1,50% ke posisi US$76,89 per barel, begitu juga minyak brent naik 1,56% ke posisi US$81,36 per barel.
Harga minyak naik pada pembukaan perdagangan hari Jumat didukung dari pasokan yang lebih ketat di tengah masalah di Libya dan Nigeria dan berkurangnya inflasi AS, yang diharapkan pasar dapat mengakhiri kenaikan suku bunga di ekonomi terbesar dunia tersebut.
Harga konsumen AS naik moderat pada bulan Juni pada tingkat kenaikan tahunan terkecil dalam lebih dari dua tahun karena inflasi terus mereda. Harga produsen juga hampir tidak naik di bulan Juni, dan kenaikan tahunan adalah yang terkecil dalam hampir tiga tahun.
Kedua indikator tersebut memberi pasar harapan bahwa The Federal Reserve AS bisa lebih dekat untuk mengakhiri pengetatan kebijakan moneter tercepat sejak 1980-an.
Pada hari Kamis, sejumlah ladang minyak di Libya ditutup sebagai protes oleh suku setempat terhadap penculikan mantan menteri. Secara terpisah, Shell telah menangguhkan pemuatan minyak mentah Forcados Nigeria karena potensi kebocoran di terminal.
Protes di Libya dapat mengambil lebih dari 250.000 barel minyak per hari dari pasar. Ini terjadi di tengah tanda-tanda bahwa pemotongan pasokan baru-baru ini dari Arab Saudi dan Rusia.
Arab Saudi dan Rusia, pengekspor minyak terbesar dunia, bulan ini setuju untuk memperdalam pemotongan minyak sejak November tahun lalu, memberikan dukungan lebih lanjut untuk harga minyak mentah.
Permintaan minyak diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi tahun ini. Pengawas energi yang berbasis di Paris melihat pertumbuhan permintaan tahun depan meningkat lebih dari yang diperkirakan meskipun kenaikannya kurang dari setengah tahun ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw)