Inflasi AS Melandai Jauh, Bursa Asia Dibuka Sumringah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
13 July 2023 08:42
Bursa Asia
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Kamis (13/7/2023), di tengah melandainya kembali inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) pada periode Juni 2023.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melesat 1,13%, Hang Seng Hong Kong melejit 1,7%, Shangha Composite China menguat 0,25%, Straits Times Singapura melonjak 1,15%, ASX 200 Australia melompat 1,26%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,63%.

Dari China, data neraca perdagangan periode Juni akan dirilis pada hari ini dan investor akan memantaunya dengan ketat sebagai bukti bahwa ekonomi China apakah benar-benar dalam tren pelandaian.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan neraca perdagangan China cenderung naik menjadi US$ 74,8 miliar, dari sebelumnya sebesar US$ 65,81 miliar pada Mei lalu.

Namun, ekspor China diperkirakan memburuk menjadi kontraksi 9,5% pada Juni, dari sebelumnya kontraksi 7,5% pada Mei lalu.

Meski ekspor diprediksi memburuk, tetapi impor China diperkirakan sedikit membaik pada Juni, meski masih cenderung kontraksi. Impor China diperkirakan mencapai kontraksi 4%, dari sebelumnya pada Mei lalu yang berkontraksi 4,5%. Impor yang masih negatif menandakan bahwa tingkat daya beli China masih lesu.

Aktivitas pabrik China telah menyusut dalam beberapa bulan terakhir dan para pembuat kebijakan sekarang memperhitungkan prospek pertumbuhan lambat yang berkepanjangan di ekonomi terbesar kedua di dunia sekitar hanya 3% per tahun, menurut perkiraan ekonom.

Itu kurang dari setengah tingkat tipikal selama beberapa dekade terakhir dan menciptakan nuansa ekonomi dalam resesi.

Inflasi konsumen (consumer price index/CPI) China pada Juni lalu berada di zona rendah, menandakan bahwa China terancam mengalami deflasi, sementara inflasi produsen (producer price index/PPI) turun pada laju tercepatnya dalam lebih dari tujuh tahun, memperkuat kemungkinan untuk stimulus kebijakan lebih lanjut.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat erjadi di tengah bergairahnya lagi bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan kemarin, setelah dirilisnya data inflasi AS periode Juni 2023

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,25%, S&P 500 terapresiasi 0,74%, dan Nasdaq Composite melesat 1,15%.

Kemarin malam waktu Indonesia, CPI AS pada periode Juni 2023 naik 3% (year-on-year/yoy), lebih rendah dari posisi Mei lalu yang tumbuh 4%. Angka ini juga sedikit lebih baik dari prediksi pasar disurvei oleh Dow Jones sebesar 3,1%.

Laju inflasi Juni juga menjadi yang terendah sejak Maret 2021 di mana inflasi menyentuh 2,6%.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Negeri Paman Sam juga melandai mencapai 0,2% pada Juni 2023, dari sebelumnya yang naik 0,1% pada Mei lalu. CPI bulanan juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi akan ada di angka 0,3%.

CPI bulanan dipicu oleh sektor perumahan serta makanan. Kendati demikian, harga pangan AS hanya naik 0,1% (mtm) pada Juni, lebih rendah dibandingkan 0,2% (mtm) pada Mei.

Sementara itu, CPI inti AS mencapai 4,8% (yoy) pada Juni 2023, dari sebelumnya naik 5,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Secara bulanan, CPI inti mencapai 0,2% (mtm) pada Juni tahun ini, lebih rendah dibandingkan 0,4% pada Mei.

CPI inti juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi CPI inti di angka 5% (yoy) dan 0,3% (mtm).

Dengan inflasi konsumen yang melandai, bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) diharapkan bisa melunak secepatnya.

Chairman The Fed, Jerome Powell sudah mengisyaratkan jika The Fed akan kembali menaikkan suku bunga acuan setelah menahan suku bunga pada Juni di kisaran 5,0-5,25%.

Pasar kini berekspektasi 94,2% jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada akhir bulan ini. Ekspektasi cenderung sedikit meningkat dibandingkan pada semalam waktu Indonesia yang masih sebanyak 93%.

Setelah inflasi konsumen AS dirilis semalam, pada malam hari ini, inflasi produsen (PPI) akan dirilis. Kedua inflasi sedang dicermati oleh para pelaku pasar, sebagai pertanda potensial bagaimana bank sentral akan menggerakkan suku bunga ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular