DPK Melambat, Warning Likuiditas Bank?
Jakarta, CNBC Indonesia - Perekonomian Indonesia secara keseluruhan berangsur membaik. Bahkan, pemulihan ekonomi pasca Covid-19 disebut akan semakin menguat.
Ketua Dewan Komisioner (DK) Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, secara sederhana perbaikan ekonomi Indonesia secara sederhana dapat terlihat dari likuiditas industri perbankan yang tetap terjaga.
Kemudian dari sisi kebijakan yang tercermin dari rasio pertumbuhan seluruh uang yang beredar (M0), yakni mendekati 19%. Dibandingkan sebelum pandemi, saat rata-rata pertumbuhan M0 sempat di posisi rendah yaitu di angka 11%. Maka demikian, melimpahnya uang mendorong bank untuk menyalurkan pinjaman lebih banyak lagi.
"Kalau uang banyak, kan pasti bank kasih pinjaman lebih banyak lagi. Kalau kita lihat kan nggak mungkin mereka taruh uangnya di brankasnya, karena mereka mesti bayar bunga kan. Jadi kalau dikasih uang banyak mereka terpaksa mikir," ujar Purbaya dalam Economic Update CNBC Indonesia, Kamis (13/7/2023).
Meskipun data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pertumbuhan kredit perbankan sempat menurun ke 8,08% yoy pada April lalu, dari sebulan sebelumnya yang sebesar 9,93% yoy. Tetapi pada bulan Mei, pertumbuhan kredit naik menjadi 9,39% yoy, mendekati dua digit.
"Jadi kalau kita lihat, ekonomi sempat agak melambat, tapi dengan data beberapa bulan terakhir, kemungkinan ke depan akan tumbuh lebih cepat," pungkas Purbaya.
Terlebih, ia mengatakan rasio pinjaman terhadap simpanan bank atau loan to deposit ratio (LDR) perbankan saat ini di kisaran 82%, tergolong sehat. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan memiliki kesempatan untuk memberikan pinjaman lebih banyak lagi.
Di samping itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) terus menurun dari posisi 7% yoy pada bulan Maret menjadi 6,83% yoy pada bulan April dan turun lagi ke 6,55% per Mei. Dalam hal ini, Purbaya mengatakan penurunan DPK ini harus dilihat dari keadaan sebelumnya.
"Sebelum krisis tahun 2019, kita juga sama pertumbuhan DPK-nya 6,5% lagi. Saya mungkin bisa menilai perkembangan terjadi adalah suatu yang balik ke level normal lagi. Kan nggak mungkin ngebut terus, ketika dibelanjain kan turun sedikit, tapi ekonominya berjalan terus. Nanti tumbuhnya di tempat-tempat lain. Pada suatu saat, kalau sudah kebanyakan uang, ya ditabung lagi nanti uangnya, akan tumbuh lagi," ujarnya.
Yang penting, menurut Purbaya, aktivitas ekonomi bertumbuh secara lebih berkesinambungan dengan tren saat ini.
Ia menyebut likuiditas perbankan tidak lagi akan memburuk seperti 2020. Sebab, respon kebijakan moneter dan fiskalnya sudah berbeda.
Hal ini juga didorong oleh M0 sebesar 19% dan rasio alat likuid dibandingkan non core deposit (AL/NCD) yang berada lebih dari level 124%, kata Purbaya. Ini menunjukkan bahwa perbankan memiliki likuiditas yang cukup.
(mkh/mkh)