
IHSG Berhasil 'Hattrick' Hijau, 6 Saham Ini yang Bantuin

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona hijau pada perdagangan Rabu (12/7/2023), setelah sempat terkoreksi tipis pada perdagangan sesi I hari ini.
Hingga akhir perdagangan hari ini, IHSG naik 0,17% ke posisi 6.808,209. Akhirnya, IHSG kembali menyentuh level psikologis 6.800, di mana IHSG terakhir menyentuh level psikologis ini pada perdagangan 10 Mei lalu.
Secara sektoral, sektor properti menjadi market movers paling besar IHSG pada hari ini, yakni sebesar 0,97%.
Selain itu, beberapa saham turut menjadi penopang IHSG, sehingga indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut berhasil menguat.
Berikut saham-saham yang menopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Central Asia | BBCA | 9,96 | 9.175 | 1,66% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | 4,35 | 108 | 1,89% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 2,69 | 5.450 | 0,46% |
Bank Mandiri | BMRI | 2,36 | 5.300 | 0,47% |
Merdeka Copper Gold | MDKA | 1,18 | 3.390 | 1,19% |
Indofood Sukses Makmur | INDF | 1,13 | 7.400 | 1,37% |
Sumber: Refinitiv
Saham perbankan raksasa mendapat giliran menjadi leader IHSG pada hari ini. Adapun saham bank raksasa tersebut yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Saham BBCA menjadi leader IHSG paling besar yakni mencapai 9,96 indeks poin. Sedangkan saham BBRI sebesar 2,7 indeks poin, dan saham BMRI sebesar 2,4 indeks poin.
IHSG sebelumnya sempat terkoreksi tipis karena diperberat oleh saham-saham batu bara. Namun di akhir perdagangan hari ini, IHSG akhirnya kembali rebound.
Di lain sisi, investor sepertinya sedang memasang mode wait and see, jelang rilis data inflasi AS ditingkat konsumen (consumer price index/CPI) pada malam nanti waktu Indonesia.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan CPI bulan lalu naik 3,1% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Setali tiga uang, CPI inti tahunan bulan lalu juga diperkirakan akan melandai ke 5%, dari bulan sebelumnya 5,3%.
Sementara inflasi ditingkat produsen (producer price index/PPI) diproyeksikan naik 0,2% bulan lalu, setelah turun 0,3% di Mei.
PPI kemungkinan naik hanya 0,2% dari posisi tahun lalu, yang akan menandai kenaikan tahunan terkecil sejak September 2020, dan dibandingkan dengan puncak 11,7% pada Maret tahun lalu.
Jika CPI dan PPI AS melandai sesuai dengan prediksi pasar, maka itu menjadi sinyal kuat jika ekonomi AS akan melemah.
Pelemahan ekonomi akan membuat pasar tenaga kerja AS yang masih panas saat ini bisa mendingin sehingga inflasi pun akan terus melemah dan mendekati target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yakni 2%.
Meski begitu, investor global tetap memperkirakan kenaikan 25 basis poin (bp) pada pertemuan The Fed 25-26 Juli.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilita pasar yang memperkirakan kenaikan 25 bp mencapai 93%, sedangkan sisanya hanya 7% yang memperkirakan The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Borong Big Cap, IHSG Mendadak Hijau di Detik Terakhir
