Economic Update 2023

Ekonomi Pulih, Risiko Kredit Bank Kok Belum?

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Rabu, 12/07/2023 15:30 WIB
Foto: Mirza Adityaswara & Langkah OJK Jaga Kesehatan Industri Keuangan (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki semester II 2023, pemulihan ekonomi pasca Covid-19 terus membaik. Ini berkaca dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tercatat sekitar 5%.

Meskipun begitu, risiko industri perbankan setelah Covid-19 masih belum sepenuhnya normal. Hal ini tercermin dari rasio indikator risiko kredit yang disalurkan atau loan at risk (LAR) yang tercatat sebesar 13,38% per Mei 2023. Angka ini sebenarnya sudah menurun dari setahun sebelumnya, yakni 17,98%.

"Tapi memang sebelum pandemi, loan at risk di Indonesia itu sekitar 11%. Jadi memang kita belum kepada situasi sebelum pandemic. Tetapi terus membaik," ujar Wakil Ketua Dewan Komisioner (DK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara pada CNBC Economic Update, Rabu (12/7/2023).


Sementara itu, ia jumlah kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) gross perbankan terus menurun. Yakni, NPL gross per Mei 2023 turun ke 2,52% dari yang setahun sebelumnya 3,04%.

Lantas, hal ini mencerminkan bahwa stabilitas ekonomi Indonesia semakin membaik.

Lebih lanjut, Mirza menyampaikan bahwa situasi ekonomi domestik terpengaruh dengan situasi global. Ia mengakui pertumbuhan ekonomi yang sudah mulai pulih pasca Covid-19 belum sesuai harapan.

"Tapi akselerasi dari recovery ini terus terjadi, baik di global maupun di domestik. Itu terlihat kalau kita bicara misalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia, itu kan sekitar 5%. Itu cukup baik," kata Mirza.

Sementara itu, kredit perbankan tumbuh 9,4% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 6.561,2 triliun per Mei 2023. 

Sebagai informasi, pertumbuhan kredit pada Januari 2023 sebesar 10,2% yoy dan kemudian melambat menjadi 10,4% yoy. Kemudian bila dibandingkan dengan posisi pertumbuhan April 2023, capaian Mei naik 130 basis poin (bps).

Sementara itu berdasarkan golongan debitur, kredit korporasi naik 9,0% yoy dan perorangan 9,7% yoy. Kedua golongan debitur ini tumbuh lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi lebih tinggi dibandingkan dengan modal kerja dan konsumsi. Secara keseluruhan capaian ketiga jenis kredit tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Mengutip data BI, kredit investasi naik disokong oleh sektor industri pengolahan, seiring dengan perkembangan pada sub sektor industri minyak goreng dari kelapa sawit mentah di Kalimantan Timur dan Jawa Timur.

Bila dirinci, kredit investasi industri pengolahan menyumbang 16,64% terhadap total kredit investasi. Sepanjang lima bulan tahun ini, rata-rata kredit investasi tumbuh 17,2% yoy. Dengan demikian, kredit investasi Mei 2023 yang sebesar 16,4% yoy masih di bawah rata-rata Januari-Mei 2023.

Kemudian, untuk kredit moda kerja, sektor industri pengolahan menyumbang 24,5%. Akan tetapi BI mencatat sejak awal tahun pertumbuhan kredit modal kerja sektor industri pengolahan melambat. Per Mei, sektor ini hanya tumbuh 2,2% yoy.

Adapun baik di kredit modal kerja maupun kredit investasi, sektor pertambangan dan penggalian masih menjadi sektor dengan pertumbuhan paling tinggi tahun ini. Rata-rata kredit investasi yang mengalir ke sektor tersebut naik sekitar 40% sepanjang lima bulan pertama tahun ini. 


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bankir Putar Otak Genjot Kredit Saat Daya Beli & Ekonomi Lesu