Antara Anies-Prabowo, Kustodian RI Pilih Capres yang Begini

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Rabu, 12/07/2023 07:30 WIB
Foto: Infografis/ Capres Prabowo, Ganjar dan Anies, Siapa Paling Kaya?/ Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia sedang menuju gerbang pesta demokrasi pemilihan umum (pemilu) yang akan digelar pada 2024 mendatang. Pemerintahan baru tentunya akan melahirkan berbagai kebijakan baru yang diharapkan memberikan angin segar bagi semua pihak, termasuk industri pasar modal.

Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat berharap, siapapun yang memimpin pemerintahan baru mendatang dapat mengerti ekonomi sehingga dapat menciptakan kebijakan-kebijakan baru untuk mendorong pertumbuhan nasional.

Samsul menyebut, pihaknya berharap akan ada kebijakan yang kondusif terhadap industri pasar modal, yaitu kebijakan yang berorientasi kepada terciptanya iklim investasi yang menarik.


"Kebijakan pemerintah yang bersahabat dan mempermudah iklim usaha," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/7).

Selain itu, juga dapat memberikan angin segar dalam membuat kebijakan makro ekonomi yang memperkuat fundamental perekonomian. "Mengedepankan stabilitas dengan pertumbuhan yang stabil," sebutnya.

Khusus industri pasar modal, kata Samsul, pihaknya berharap, selain dapat mendukung kebijakan yang mendorong pertumbuhan emiten juga dapat menciptakan kebijakan-kebijakan lain yang mendorong masyarakat untuk berinvestasi.

Sebelumnya, CNBC Indonesia mencatat, pelaku pasar modal di Indonesia masih gamang tentang siapa calon terbaik dari tiga nama besar calon presiden untuk menggantikan Presiden Joko Widodo pada pemilihan presiden pada pemilihan umum Februari 2024 mendatang.

Sebanyak 44,19% responden mengaku masih bingung dan belum bisa menentukan mana yang terbaik di antara Anies Rasyid Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Hasil ini relevan dengan belum adanya ide dan gagasan resmi dan terbuka disampaikan oleh para kandidat tentang arah kebijakan ekonomi, khususnya mengenai pasar modal.

Hal ini dapat dipahami karena masih banyak yang wait and see visi dan misi karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru akan menerapkan capres dan calon wakil presiden (cawapres) pada 19 Oktober-25 November 2023. Masa kampanye pada 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024, dan pemungutan suara 14 Februari 2024.

"Mayoritas yang belum menentukan umumnya memiliki dua alasan. Pertama semua kandidat memiliki kompetensi yang relatif tidak jauh berbeda. Kedua, belum ada ide dan gagasan konkrit dari para kandidat," ujar Muhammad Ma'ruf, Head of CNBC Indonesia Research, sekaligus Direktur Eksekutif CNBC Indonesia Intelligence Unit/CIIU.

"Untuk kandidat capres berikutnya, belum bisa memilih karena ingin melihat secara jelas visi dan misi masing-masing calon. Selain itu, juga menanti sosok cawapres ketiganya," ujar salah satu responden, chief executive officer di salah satu asset management.

Jawaban ini menyiratkan bahwa sosok cawapres akan menentukan tingkat elektabilitas para kandidat di mata pelaku pasar.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Hotel "Nangis Darah", Okupansi Anjlok - Tarif PDAM dan Gas Naik