
Ada Kabar Baik Nih, Bursa Asia Kompak Bergairah

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kompak dibuka menguat pada perdagangan Selasa (11/7/2023), mengikuti pergerakan bursa Amerika Serikat (AS) kemarin.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,65%, Hang Seng Hong Kong melonjak 1,04%, Shanghai Composite China bertambah 0,23%, Straits Times Singapura terapresiasi 0,49%, ASX 200 Australia melesat 1%, dan KOSPI Korea Selatan melompat 1,15%.
Dari Australia, indeks keyakinan konsumen (IKK) pada periode Juli 2023 naik tipis pada. sementara tetap berada di wilayah "sangat pesimistis" karena pendinginan inflasi bulanan.
Sentimen naik 2,7% menjadi 81,3 poin, yang berarti pesimis masih jauh lebih banyak daripada yang optimis dengan pembacaan 100 garis pemisah, berdasarkan survei dari Westpac Banking Corp. Indeks jatuh 17% selama paruh pertama tahun 2022 dan hampir tidak bergerak sejak saat itu, bertahan dalam kisaran 78-86.
"Tanggapan menunjukkan konsumen masih sangat gugup tentang prospek suku bunga, terutama dengan jeda sebelumnya pada April lalu," kata Bill Evans, kepala ekonom di Westpac.
"Pesan utamanya adalah bahwa sentimen mungkin tidak akan meningkat secara berkelanjutan dari level yang sangat pesimis saat ini sampai inflasi jauh lebih rendah dan suku bunga ditahan dengan kuat," tambah Evans.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung kembali menguat terjadi di tengah rebound-nya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan kemarin, setelah selama tiga hari beruntun terkoreksi.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,62%, S&P 500 bertambah 0,24%, dan Nasdaq Composite berakhir naik 0,18%.
Positifnya Wall Street terjadi karena investor bersiap untuk serangkaian data inflasi akhir pekan ini dan bersiap untuk memulai musim pendapatan kuartal kedua tahun ini.
Data inflasi pekan ini mengikuti laporan pekerjaan yang dirilis minggu lalu yang menimbulkan adanya kekhawatiran pasar atas potensi kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Namun, masih ada harapan bahwa inflasi kembali melandai ke sekitar 3%. Konsensus ekonom menyebut, CPI tahunan AS per Juni akan turun menjadi 3,1% dari bulan sebelumnya 4%, dan menandai laju tahunan paling lambat sejak Maret 2021.
Setali tiga uang, CPI inti tahunan juga diperkirakan akan melandai ke 5% dari bulan sebelumnya 5,3%.
Sementara PPI, yang merupakan inflasi dari sudut pandang produsen dan grosir, diproyeksikan naik 0,2% bulan lalu, setelah turun 0,3% di Mei.
PPI kemungkinan naik hanya 0,2% dari posisi tahun lalu, yang akan menandai kenaikan tahunan terkecil sejak September 2020, dan dibandingkan dengan puncak 11,7% pada Maret tahun lalu.
Pelaku pasar di AS tentu ingin melihat penurunan lanjutan inflasi demi mengetahui apakah rencana The Fed terkait pengetatan moneter berhasil atau Jerome Powell cs tetap masih akan hawkish ke depan.
Selain itu, investor juga memiliki banyak laporan pendapatan triwulanan untuk dipertimbangkan pekan ini. Raksasa keuangan BlackRock, JPMorgan Chase, Wells Fargo dan Citigroup semuanya akan melaporkan dan memulai musim pendapatan kuartal kedua.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi
