Review Sepekan

Data Pengangguran AS Turun, Harga Emas Tetap Bergairah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Sabtu, 08/07/2023 10:00 WIB
Foto: REUTERS/Edgar Su

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia sepanjang pekan ini terpantau menguat, meski sempat terkoreksi setelah dirilisnya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

Harga emas sepanjang pekan ini menguat 0,25% secara point-to-point (ptp). Pada perdagangan Jumat (7/7/2023) kemarin, harga emas ditutup menguat 0,71% di posisi US$ 1.924,28.

Namun pada perdagangan Rabu dan Kamis pekan ini, harga emas sempat terkoreksi masing-masing -0,4% dan 0,34%.


Jika dilihat dari pergerakan harian sepanjang pekan ini, mayoritas harga emas terpantau menguat, hanya terkoreksi selama dua kali yakni pada Rabu dan Kamis.

Koreksinya harga emas pada Rabu dan Kamis terjadi setelah dirilisnya data tenaga kerja AS, di mana serangkaian data tenaga kerja Negeri Paman Sam mewarnai pasar global pekan ini.

Pada Kamis waktu setempat, laporan Tenaga Kerja Nasional ADP yang mengukur angka tenaga kerja sektor swasta non-pertanian terpantau meningkat sebesar 497.000 pada Juni, menurut data dari perusahaan penggajian ADP. Ini menjadi kenaikan bulanan terbesar sejak Juli 2022.

Peningkatan Juni lebih dari dua kali lipat perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 220.000 keuntungan dan jauh lebih baik dari data 267.000 penambahan pekerjaan pada Mei.

Sementara itu pada Jumat waktu setempat, data tenaga kerja non-pertanian (non-farm payroll/NFP) dan data tingkat pengangguran dirilis.

Untuk tenaga kerja NFP, angkanya turun menjadi 209.000 pada Juni 2023, dari sebelumnya sebesar 306.000 pada Mei lalu. Angka itu juga lebih rendah dari prediksi pasar sebesar 250.000.

Sedangkan untuk tingkat pengangguran AS pada Juni 2023 juga mengalami penurunan, tetapi penurunannya cenderung tipis yakni menjadi 3,6%, dari sebelumnya pada Mei lalu sebesar 3,7%. Angka ini lebih rendah dari prediksi pasar yang memperkirakan tumbuh 3,7%.

Di sisi lain, tingkat pendapatan rata-rata per jam naik 0,4% bulan lalu setelah naik dengan selisih yang sama pada Mei Tercatat, dalam 12 bulan hingga Juni, upah naik 4,4%, menyamai kenaikan Mei.

Meskipun pertumbuhan lapangan kerja melambat, pasar tenaga kerja masih belum tertekan. Dengan masih panasnya tenaga kerja AS maka bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed) diproyeksi akan kembali hawkish.

Investor memperkirakan sekitar 92% kemungkinan kenaikan pada pertemuan bank sentral akhir bulan ini, menurut alat FedWatch CME Group.

Tingkat pengangguran yang lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar bakal membuat harga emas akan semakin jatuh.

Pasalnya, The Fed tidak akan ragu untuk memberlakukan kenaikan suku bunga, tentunya karena data tenaga kerja Negeri Paman Sam yang masih cukup kuat.

"Data tenaga kerja yang masih kuat sama artinya dengan kenaikan suku bunga bulan ini dan mungkin pada September. Emas jelas menghadapi tekanan berat untuk mempertahankan level US$ 1.900," tutur Craig Erlam, analis OANDA, kepada Reuters.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bukti Gonjang-ganjing Trump Bikin Bisnis Tambang Emas Melejit