Gak Ada Happy Weekend Buat Bursa Asia, Tak Terkecuali IHSG
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup berjatuhan pada perdagangan akhir pekan Jumat (7/7/2023), karena sentimen pasar kembali memburuk terutama karena panasnya kembali tensi geopolitik Amerika Serikat (AS) dengan China.
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles 1,17% ke posisi 32.388,4, ASX 200 Australia ambruk 1,69% ke 7,042.3, KOSPI Korea Selatan ambrol 1,16% ke 2.526,71, Hang Seng Hong Kong merosot 0,9% ke 18.365,699.
Berikutnya Shanghai Composite China melemah 0,28% ke 3.196,61, Straits Times Singapura terpangkas 0,35% ke 3.139,47, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,6% menjadi 6.716,46.
Ketegangan antara AS-China masih berlanjut. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen tiba di Beijing, China, pada Kamis sore waktu setempat dengan tujuan menemukan pijakan ekonomi bersama dan membuka saluran komunikasi bilateral di tengah hubungan yang semakin bergejolak antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Bisa dibilang, ini akan menjadi ujian besar pertama dari kebijakan yang Yellen uraikan pada April, yakni soal membela dan mengamankan keamanan nasional AS tanpa berusaha menahan China secara ekonomi.
Kedatangan Yellen datang beberapa hari setelah China memberlakukan pembatasan ekspor dua logam yang sangat penting bagi industri teknologi utama, eskalasi teranyar dalam perang dagang yang meningkat tahun lalu seiring adanya kontrol ekspor AS pada peralatan semikonduktor dan pembuat chip.
AS juga mempertimbangkan pembatasan akses China ke komputasi awan (cloud-computing), menurut Wall Street Journal (WSJ), Senin awal pekan ini.
Di lain sisi, kondisi pasar saham global makin memburuk setelah keluarnya data tenaga kerja swasta di AS. Angka pekerjaan sektor swasta meningkat sebesar 497.000 pada Juni, menurut data dari perusahaan penggajian ADP. Ini menjadi kenaikan bulanan terbesar sejak Juli 2022.
Peningkatan Juni lebih dari dua kali lipat perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 220.000 keuntungan dan jauh lebih baik dari data 267.000 penambahan pekerjaan pada Mei.
Data ADP, yang seringkali tidak dapat diandalkan dan lebih fluktuatif daripada data pekerjaan lainnya, dipublikasikan menjelang laporan gaji resmi Juni pada Jumat waktu AS.
Ekonom yang disurvei Dow Jones mengestimasi, sebanyak 240.000 non-farm payrolls (NFP) ditambahkan pada bulan lalu, melambat dari 339.000 pekerjaan yang ditambahkan pada Mei lalu.
Namun, investor kini tampaknya meramal angka NFP yang lebih 'panas' yang akan membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga bulan ini setelah jeda pada pertemuan Juni.
Investor kini memperkirakan sekitar 92% kemungkinan adanya kenaikan lagi suku bunga pada pertemuan bank sentral akhir bulan ini, menurut alat FedWatch CME Group. Kenaikan diprediksi bakal terjadi lagi setelah The Fed menahan suku bunga acuannya.
"Ketua The Fed Powell telah memperjelas, dia benar-benar berkomitmen untuk melihat target [inflasi] 2% ini tercapai, jadi, saya pikir itu cukup berarti, ini adalah soal kapan, bukan jika, sejauh menyangkut kenaikan suku bunga tambahan akhir tahun ini," kata Malcolm Ethridge dari CIC Wealth, dikutip CNBC International, Kamis (6/7/2023).
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)