Sukses Bawa AMMN IPO, Ini Saham Tercuan Grup Salim
Jakarta, CNBC Indonesia - Nama konglomerat Anthoni Salim kembali muncul ke permukaan seiring perusahaan tambang emas-tembaga PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) akhirnya resmi melantai di bursa, Jumat (7/7/2023).
Dengan mengguritanya bisnis milik Anthoni dan keluarga, yang sebagian melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), bagaimana kinerja saham Grup Salim besutannya selama 2023?
Di antara bisnis utama Salim, kinerja saham emiten otomotif PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) menjadi yang paling moncer tahun ini. Harga saham IMAS terbang 137,93% year to date (YtD).
Bahkan, IMAS sempat naik selama 25 hari beruntun pada akhir Maret hingga tengah Mei lalu.
Kala itu, katalis positif yang mendorong kenaikan IMAS adalah soal perusahaan yang secara resmi mengakuisisi kepemilikan Mercedez Benz Indonesia bersama Inchcape Motors Private Limited.
Aksi akuisisi ini diharapkan memberikan pendapatan yang lebih optimal pada IMAS dan memperkuat posisi Mercedez Benz di Indonesia.
Soal kinerja keuangan, pada kuartal I-2023, IMAS membukukan laba bersih Rp241 miliar, meningkat 95% dibandingkan dibandingkan kuartal 1-2022 sebesar Rp124 miliar.
Sementara pendapatan sebesar Rp7,22 triliun, naik 13,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6,34 triliun.
Secara valuasi, menggunakan metrik populer price-to earnings ratio (PER), IMAS saat ini diperdagangkan 11,58 kali di atas laba perusahaan. Terbilang masih atraktif, di bawah rerata industri 14,7 kali.
Di bawah IMAS, ada anak usahanya, PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS), yang melejit 15,84% YtD dan valuasi yang cukup menarik (PER 10,42 kali).
Selanjutnya, duo Indofood yang merupakan bisnis andalan Grup Salim mencatatkan kinerja positif tahun ini.
Saham emiten produsen mie PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) melonjak 14,00% YtD, dan sang induk PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) terapresiais 10,78%.
PER kedua saham tersebut juga murah alias undervalued, masing-masing 8,4o kali dan 4,25 kali, di bawah aturan umum 10 kali.
Selain saham paling cuan, sejumlah saham Grup Salim, termasuk yang secara langsung dimiliki Anthoni Salim, tercatat boncos.
Sebut saja, emiten data center besuta ToTo Sugiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang turun 4,96%. Anthoni memiliki 11,12% saham DCII per 31 Mei 2023.
Saham emiten yang terafilisasi AMMN, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), juga minus 5,91% YtD serta duo BRMS dan BUMI yang masing-masing ambles 7,55% dan 21,12% selama 2023.
Informasi saja, AMMN menerbitkan 63,28 juta lot (8,80%) saham baru yang ditawarkan kepada publik di harga 1.695/saham. Artinya total emisi yang diperoleh dalam penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) kali ini mencapai Rp 10,73 triliun, sebelum dikurangi dengan biaya pencatatan dan lain-lain.
Perolehan tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan akan memiliki kapitalisasi pasar awal Rp121,89 triliun.
Hal tersebut membuat AMMN menjadi perusahaan tambang emas paling berharga di bursa, dengan valuasi nyaris setara dengan gabungan Merdeka Copper Gold (MDKA) Grup Saratoga dan emiten BUMN Aneka Tambang (ANTM).
Keluarga Panigoro Bukan Pengendali AMMN
Meski Amman Mineral erat diasosiasikan dengan Grup Medco milik Keluarga Panigoro, nyatanya penerima manfaat terakhir (pengendali) perusahaan adalah Agoes Projosasmito, eks bankir yang dekat dengan banyak pengusaha, termasuk Anthoni Salim.
Amman yang semula dimiliki oleh konglomerat tambang Newmont asal Amerika Serikat, akhirnya diakuisisi oleh konsorsium pengusaha lokal yang diarsiteki oleh Agoes Projo.
Agus merupakan sosok kunci akuisisi Newmont Nusa Tenggara (NNT) dari Newmont Mining Corp. Dan Sumitomo Corporation oleh Medco Energy (MEDC) tahun 2016 silam. Total transaksi pengambilalihan perusahaan yang berganti nama menjadi Amman Minerals tersebut mencapai US$ 2,6 miliar atau setara Rp 34,32 triliun (asumsi kurs Rp 13.200/AS kala itu).
Sebelum mencapai kesepakatan final, salah satu media bisnis internasional terkemuka sempat mengabarkan bahwa Agus merupakan yang paling awal mencari dana dan bergerilya mencari investor strategis untuk akuisisi Newmont lewat konsorsium lokal.
Konsorsium itu disebut berisikan beberapa pengusaha terkenal termasuk keluarga Kiki Barki yang merupakan pengendali emiten tambang batu bara Harum Energy (HRUM) dan pendiri Medco, Arifin Panigoro. Meski akhirnya kesepakatan diperoleh dengan nama terakhir.
Gurita Grup Salim
Agus Projo disebut dekat dengan Salim, khusus setelah pensiun dari karier di industri keuangan dan fokus ke sektor padar modal, bisnis pertambangan. Eks petinggi DBS Securities Indonesia dan Danareksa ini disebut menjalankan beberapa proyek bisnis dengan Anthoni Salim di bawah bendera Ithaca Resources yang bergerak di bidang pertambangan batu bara.
Kemesraan ini makin berlanjut dengan suksesnya Agus Projo mengeksekusi masuknya Grup Salim di mahkota bisnis Keluarga Bakrie, tambang batu bara Bumi Resources (BUMI) serta anak usahanya di sektor tambang emas Bumi Resources Minerals (BRMS).
Pasca IPO, kepemilikan saham tidak langsung Agus di AMMN mencapai 9,35% lewat perusahaan AP Investment. Kepemilikan tersebut merupakan yang kedua terbesar di belakang Husein Susilo Tjioe yang merupakan sosok yang terafiliasi dengan Grup Salim.
Grup Salim sendiri menjadi penguasa di Amman, dengan PT Sumber Gemilang Persada (SGP) milik Grup Salim menjadi pemegang saham terbesar di AMMN. Kemudian Grup Salim juga memiliki porsi lewat kepemilikan Medco di AMMN. Diamond Bridge Pte. Ltd. diketahui terafiliasi dengan Grup Salim dan merupakan pemegang saham Medco.
Selanjutnya tentakel Grup Salim juga mengikat AMMN lewat PT Pesona Sukses Cemerlang (PSC) yang dimiliki oleh bos pengelola KFC di Indonesia, Fast Food Indonesia (FAST) dan Edie Herjadi yang namanya muncul di perusahaan milik Grup Salim. Sebagai informasi FAST juga ikut dimiliki Grup Salim, dengan Anthoni menjadi sebagai komisaris utama perusahaan.
Pasca IPO, kepemilikan tidak langsung Anthoni Salim di AMMNmencapai 7,14%. Adapun secara keseluruhan untuk Grup Salim lewat sejumlah tentakel bisnis ditaksir mencapai 43,72%, lalu ada kongsi Agus Projo lewat AP Investment sebesar 15,58%, diikuti oleh total kepemilikan tidak langsung keluarga Panigoro sebesar 14,96%.
Selain itu, konsorsium yang digawangi oleh Presiden Direktur AMMN Alexander Ramlie tercatat mencapai 7,17% dan kepemilikan oleh Edwin Setiabudi Rachman dan Suradi lewat Sumber Mineral Citra Nusantara secara total mencapai 3,83%. Terakhir kepemilikan publik, baik itu secara tidak langsung lewat Medco dan langsung di AMMN tercatat sebesar 14,73%.
Dalam debut perdana, Jumat (7/7), per pukul 11.00 WIB, saham AMMN melonjak 5,01% ke Rp1.780 per saham.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(trp/trp)