Market Commentary

Pesta Bubar, IHSG Ikutan Loyo, 6 Saham Ini Jadi Biang Kerok

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
07 July 2023 11:09
Pengunjung melintas dan mengamati pergerakan layar elektronik di di Jakarta, Selasa (2/1/2018).
Foto: Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan Jumat (7/7/2023), setelah selama dua hari beruntun mengalami penguatan.

Per pukul 10:47 WIB, IHSG melemah 0,22% ke posisi 6.742,26. Meski melemah, tetapi IHSG masih bertahan di level psikologis 6.700.

Secara sektoral, sektor bahan baku menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini, yakni sebesar 0,55%.

Selain itu, beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG, di mana secara mayoritas merupakan saham-saham berkapitalisasi pasar 10 besar.

Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
GoTo Gojek TokopediaGOTO-4,36110-1,79%
Merdeka Copper GoldMDKA-2,663.310-2,93%
Bank MandiriBMRI-2,415.250-0,94%
Adaro Energy IndonesiaADRO-2,012.390-2,45%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT-1,962.710-1,09%
Indofood Sukses MakmurINDF-1,137.325-1,68%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 4,4 indeks poin.

IHSG gagal mempertahankan penguatan selama dua hari beruntun pada hari ini, di tengah masih lesunya pasar saham global.

Bursa global kebakaran setelah keluarnya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) kemarin. Data pekerjaan yang kuat membuat investor khawatir jika bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali mengetatkan kebijakan moneter ke depan.

Angka pekerjaan sektor swasta meningkat sebesar 497.000 pada Juni, menurut data dari perusahaan penggajian ADP. Ini menjadi kenaikan bulanan terbesar sejak Juli 2022.

Peningkatan Juni lebih dari dua kali lipat perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 220.000 keuntungan dan jauh lebih baik dari data 267.000 penambahan pekerjaan pada Mei.

Data ADP, yang seringkali tidak dapat diandalkan dan lebih fluktuatif daripada data pekerjaan lainnya, dipublikasikan menjelang laporan gaji resmi Juni pada Jumat waktu AS.

Ekonom yang disurvei Dow Jones mengestimasi, sebanyak 240.000 non-farm payrolls (NFP) ditambahkan pada bulan lalu, melambat dari 339.000 pekerjaan yang ditambahkan pada Mei lalu.

Namun, investor kini tampaknya meramal angka NFP yang lebih 'panas' yang akan membuat The Fed melanjutkan kampanye kenaikan suku bunga bulan ini setelah jeda pada pertemuan Juni.

Investor memperkirakan sekitar 92% kemungkinan kenaikan pada pertemuan bank sentral akhir bulan ini, menurut alat FedWatch CME Group.

Pelaku pasar Wall Street juga masih mencerna risalah hasil pertemuan kebijakan The Fed pada Juni, yang menunjukkan, sebagian besar pejabat akan mendukung lebih banyak kenaikan ke depan.

Di lain sisi, investor juga cenderung merespons negatif dari rilis data cadangan devisa (cadev) RI terbaru yang mengalami penurunan.

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2023 tetap tinggi sebesar US$ 137,5 miliar , meskipun menurun sebesar US$ 1,8 miliar dari posisi pada akhir Mei 2023 sebesar US$ 139,3 miliar.

BI mengungkapkan penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Bank Indonesia menilai bahwa cadangan devisa tersebut tetap mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," papar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Jumat (7/7/2023).

Meski turun, tetapi ke depan, BI memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular