Breaking! Rupiah Dibuka Ambruk Hingga 0,63%
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini, Jumat (7/7/2023) pasar keuangan RI dibuka ambles 0,40% menjadi Rp15.100/US$. Kemudian pada pukul 09.02 WIB semakin parah ambruk hingga 0,63% menjadi Rp15.135/US$.
Pelemahan rupiah melanjutkan perdagangan hari sebelumnya, Kamis (6/7/2023) Refinitiv nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 0,2℅ ke posisi Rp15.040/US$.
Posisi pembukaan hari ini merupakan yang terendah sejak 30 Maret 2023 atau 3 bulan lebih. Penguatan rupiah sejak awal tahun semakin menyusut dibandingkan hari kemarin sebesar 3,5% menjadi 2,8%.
Tekanan eksternal disinyalir menjadi penyebab rupiah melempem hari ini dimana pada Kamis dini hari, Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mengeluarkan risalah Federal Open Market Committee (FOMC).
Dalam risalah tersebut, The Fed mengisyaratkan kenaikan suku bunga tetapi dalam tingkatan yang lebih rendah atau tempo yang lebih lambat. Berdasarkan risalah tersebut, hanya dua dari 18 partisipan yang menginginkan kenaikan sekali lagi. Sebanyak 12 partisipan menginginkan kenaikan dua kali lagi atau lebih.
Kenaikan suku bunga The Fed tentu saja menjadi kabar buruk bagi rupiah dan mata uang Emerging Market lainnya. Pasalnya, kenaikan suku bunga akan membuat dolar semakin perkasa karena menjadi incaran banyak investor.
Gambaran kenaikan suku bunga juga potensi semakin diperjelas dengan data yang akan rilis nanti malam dari pasar tenaga kerja yaitu non farm payroll (NFP) atau data penggajian karyawan non pertanian periode Juni 2023. Pasar memperkirakan NFP akan turun ke posisi 225.000 pekerjaan dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 339.000.
Perang dagang antara dua negara penyumbang ekonomi terbesar RI yakni AS dan China yang makin sengit turut menjadi alasan ambruknya rupiah dan sejumlah mata uang Asia lain.
Melansir dari Wall Street Journal (WSJ) pada awal pekan ini memberitakan China mulai memberlakukan pembatasan ekspor dua mineral yaitu gallium dan germanium yang menurut AS sangat penting untuk produksi semikonduktor, sistem rudal, dan sel surya.
Membalas aksi China, AS sendiri mengambil langkah-langkah yang semakin agresif untuk mengendalikan ambisi teknologi negara asal Panda tersebut, sebagian besar demi membatasi kemajuan militer, dan telah berupaya meyakinkan sekutu di Eropa dan Asia untuk melakukan hal yang sama.
AS sekarang sedang bersiap untuk membatasi akses perusahaan China ke layanan komputasi awan AS, demikian menurut sumber anonim kepada WSJ, Senin awal pekan ini. Ini menjadi sebuah langkah dapat memperburuk hubungan antara dua kekuatan ekonomi dunia itu.
Sementara, dari dalam negeri pada pagi ini sekitar pukul 10.00 WIB akan rilis data cadangan devisa (cadev) per Juni 2023. Menurut estimasi ekonom, cadev RI akan turun tipis menjadi US$139,0 miliar pada Juni, dari bulan sebelumnya US$139,3 miliar. Sebagai catatan, pada akhir Mei 2023 kembali turun sebesar US$ 4,9 miliar alias nyaris US$ 5 miliar menjadi US$ 139,3 miliar.
Secara umum, kondisi cadev RI masih tinggi. Bank Indonesia (BI) menilai cadev RI mendukung ketahanan sektor eksternal yang setara dengan pembiayaan impor setara 6,1 bulan, di atas standar internasional sekitar tiga bulan. Serta, masih mampu menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
S&P juga berpandangan positif terhadap level cadangan devisa yang kembali meningkat, setelah sempat menurun pada paruh kedua 2022, didukung oleh surplus neraca transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing. Dalam outlook-nya, S&P berpandangan bahwa penurunan tekanan inflasi yang disertai dengan kenaikan belanja Pemerintah menjelang pemilu diperkirakan dapat mendorong peningkatan konsumsi swasta pada paruh kedua 2023.
CNBC Indonesia Research
research@cnbcindonesia.com
(tsn/tsn)