
Minyak Cenderung Stabil di Tengah Kekhawatiran Suku Bunga AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak cenderung stabil pada pembukaan perdagangan Jumat (7/7/2023) karena kekhawatiran kenaikan suku bunga mengimbangi tanda-tanda pengetatan pada pasokan.
Harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,13% ke posisi US$71,89 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka stagnan ke posisi US$76,52 per barel.
Pada perdagangan Kamis (6/7/2023), minyak WTI di tutup menguat 0,01% ke posisi US$71,8 per barel sementara minyak brent turun 0,17% ke posisi US$76,52 per barel.
Harga minyak sebagian besar tidak berubah pada pembukaan perdagangan Jumat, namun bersiap untuk membukukan kenaikan mingguan, karena kekhawatiran suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi yang dapat mengurangi permintaan energi diimbangi oleh tanda-tanda pasokan yang lebih ketat setelah penurunan stok minyak AS yang lebih besar dari perkiraan.
Stok minyak mentah AS naik lebih dari yang diperkirakan karena permintaan penyulingan yang kuat, sementara persediaan bensin membukukan penurunan besar setelah peningkatan dalam berkendara minggu lalu, ungkap Administrasi Informasi Energi pada hari Kamis.
Hal lainnya terjadi ketika eksportir minyak utama Arab Saudi dan Rusia mengumumkan putaran baru pengurangan produksi untuk bulan Agustus. Total pemotongan sekarang mencapai lebih dari lima juta barel per hari (bpd), setara dengan 5% dari produksi minyak global.
Namun, harga minyak dibatasi oleh penguatan ekspektasi bank sentral AS kemungkinan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 25-26 Juli setelah mempertahankan suku bunga stabil di 5%-5,25% pada bulan Juni.
Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat secara moderat minggu lalu, sementara gaji swasta melonjak pada bulan Juni, data menunjukkan pada hari Kamis, meningkatkan kemungkinan kenaikan suku bunga Federal Reserve bulan ini.
Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Namun, OPEC kemungkinan akan mempertahankan pandangan optimis pada pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun depan ketika menerbitkan prospek pertamanya akhir bulan ini. OPEC juga memprediksi perlambatan dari tahun ini tetapi masih merupakan peningkatan di atas rata-rata.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Merana Karena Amerika