Bursa Asia Dibuka Kebakaran, Waspada Buat IHSG

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 05/07/2023 08:42 WIB
Foto: Bursa China (Reuters)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik kembali dibuka melemah pada perdagangan Rabu (5/7/2023), di mana investor kembali menimbang kondisi geopolitik Amerika Serikat (AS)-China yang kembali memanas.

Per pukul 08:31 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,2%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,31%, Shanghai Composite China terpangkas 0,16%, Straits Times Singapura turun 0,1%, ASX 200 Australia terdepresiasi 0,14%, dan KOSPI Korea Selatan terjerembab 0,31%.

Pada hari ini, beberapa negara di kawasan Asia-Pasifik akan merilis data aktivitas jasa yang tergambarkan pada Purchasing Manager's Index (PMI). Adapun negara-negara yang akan merilis data PMI jasa yakni Australia, Jepang, dan China.


Di lain sisi, pelaku pasar di Asia-Pasifik akan memfokuskan perhatiannya di kawasan Benua Kuning dan mungkin di Eropa, karena pasar keuangan AS hanya dibuka setengah hari karena adanya libur untuk memperingati Fourth of July atau Hari Kemerdekaan Negeri Paman Sam.

Pelaku pasar di Asia-Pasifik akan memantau tensi geopolitik AS-China yang juga masih cenderung naik turun.

Hal ini terjadi seiring kedua raksasa dunia tersebut saling berbalas 'serangan' soal industri teknologi semikonduktor.

Pasar keuangan global tentu tak mau dua ekonomi terbesar dunia tersebut berlarut-larut dalam selisih paham bilateral karena akan menimbulkan ketidakpastian yang lebih lanjut di saat dunia sedang berjuang melawan inflasi tinggi.

Kabar teranyar, melansir Wall Street Journal (WSJ) Senin lalu, China menerapkan pembatasan ekspor pada dua mineral yang menurut AS sangat penting untuk produksi semikonduktor, sistem rudal, dan sel surya. Ini bisa jadi bentuk pamer 'otot' ala China menjelang pembicaraan ekonomi antara dua negara tersebut.

Mineral yang dimaksud, yakni gallium dan germanium, bersama dengan lebih dari lusinan material terkait lainnya akan tunduk pada kontrol ekspor yang tidak dijelaskan secara rinci mulai 1 Agustus mendatang, seperti yang diumumkan oleh Kementerian Perdagangan Beijing pada Senin lalu.

Berkaitan dengan itu, pernyataan Kementerian Perdagangan China menyebut soal melindungi keamanan dan kepentingan nasional dan mengatakan, beberapa pemberlakuan ekspor di masa depan akan memerlukan tinjauan oleh badan pemerintah tertinggi, yakni Dewan Negara.

Pembatasan baru pada gallium dan germanium mempengaruhi logam khusus yang diproduksi dan disuling utamanya di China, memberikan keuntungan di sektor-sektor terkini.

Kendati tidak diperdagangkan dalam jumlah besar, keduanya tetap memiliki manfaat penting bagi industri-industri tertentu, terutama dalam produksi semikonduktor yang seringkali dirancang untuk digunakan di AS, meskipun diproduksi di Taiwan dan Korea Selatan.

Sejurus dengan itu, pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang bersiap untuk membatasi akses perusahaan China ke layanan komputasi cloud AS, demikian menurut sumber anomim kepada WSJ, Senin (4/7). Ini menjadi sebuah langkah yang, seperti disinggung di atas, dapat memperburuk hubungan antara dua kekuatan ekonomi dunia itu.

Aturan baru tersebut, jika diterapkan, kemungkinan akan membuat penyedia layanan komputasi cloud AS macam Amazon.com dan Microsoft perlu meminta izin pemerintah AS sebelum mereka menyediakan layanan komputasi cloud yang menggunakan chip kecerdasan buatan tingkat lanjut kepada pelanggan China.

Rencana pembatasan tersebut ini dipandang sebagai cara untuk menutup celah yang signifikan. Para analis keamanan nasional AS memperingatkan, perusahaan-perusahaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) China mungkin telah menghindari peraturan pembatasan ekspor yang ada saat ini dengan menggunakan layanan komputasi awan.

Layanan-layanan itu memungkinkan pelanggan untuk memperoleh kemampuan komputasi yang kuat tanpa harus membeli peralatan canggih-termasuk chip-yang masuk dalam daftar kendali, seperti chip A100 dari perusahaan teknologi Amerika, Nvidia.

Departemen Perdagangan AS diperkirakan akan mengumumkan tindakan ini dalam beberapa minggu mendatang sebagai bagian dari ekspansi kebijakan kontrol ekspor semikonduktor yang diterapkan pada Oktober mendatang.

Sementara itu dari Eropa, rapat kebijakan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) juga akan menjadi perhatian pelaku pasar, mengingat ECB masih bersikap hawkish hingga ada tanda-tanda inflasi benar-benar jauh melandai.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel