Arab Saudi, Rusia & OPEC+ Pangkas Produksi, Harga Minyak Naik
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak menguat pada pembukaan perdagangan Selasa (4/7/2023) karena Arab Saudi dan Rusia akan melakukan pemangkasan produksi minyak lebih dalam.
Harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,52% ke posisi US$70,15 per barel, harga minyak mentah brent juga dibuka melonjak 0,32% ke posisi US$74,89 per barel.
Sementara pada perdagangan Senin (3/7/2023), minyak WTI di tutup melemah 1,20% ke posisi US$69,79 per barel sementara minyak brent juga turun 0,33% ke posisi US$74,65 per barel.
Arab Saudi dan Rusia, pengekspor minyak terbesar dunia, memperdalam pemotongan minyak pada hari Senin. Hal ini dapat membuat harga minyak lebih tinggi meskipun ada kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global dan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve Amerika Serikat (AS).
OPEC+ yang berisi angota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan tambahan anggota lain termasuk Rusia, telah memangkas pasokan untuk meningkatkan harga sejak November tahun lalu karena permintaan China yang lebih lemah dan pasokan AS yang meningkat, sayangnya sejauh ini gagal menggerakkan harga minyak dari kisaran US$70-US$80 per barel.
Arab Saudi mengatakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sukarela sebesar satu juta barel per hari (bpd) untuk satu bulan lagi termasuk Agustus, dan menambahkan bahwa pemotongan dapat diperpanjang melampaui bulan tersebut.
Tak lama setelah pengumuman Arab Saudi, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow akan memangkas ekspor minyaknya sebesar 500.000 barel per hari pada bulan Agustus mendatang.
Pemotongan berjumlah 1,5% dari pasokan global dan menjadikan total yang dijanjikan oleh OPEC+ menjadi 5,16 juta barel per hari.
Kemudian pada hari Senin, Aljazair mengatakan akan memangkas produksi minyak dengan tambahan 20.000 barel dari 1-31 Agustus untuk mendukung upaya Arab Saudi dan Rusia untuk menyeimbangkan dan menstabilkan pasar minyak.
Pemotongan sukarela akan dilakukan di atas pengurangan 48.000 barel yang diputuskan pada bulan April.
Menteri Perminyakan Libya Mohamed Oun mengatakan negaranya menyambut baik keputusan Saudi yang akan memiliki "dampak positif pada keseimbangan pasar antara produsen global, konsumen, dan ekonomi global".
OPEC+ yang memompa sekitar 40% dari minyak mentah dunia, telah melakukan pemotongan sebesar 3,66 juta barel per hari, sebesar 3,6% dari permintaan global, termasuk 2 juta barel per hari yang disepakati tahun lalu dan pemotongan sukarela sebesar 1,66 juta barel per hari yang disepakati pada bulan April dan diperpanjang hingga Desember 2024.
Arab Saudi, pemimpin de-facto OPEC, telah berjanji awal bulan ini untuk melakukan pemotongan besar-besaran pada produksinya pada bulan Juli, di atas kesepakatan OPEC+ yang lebih luas untuk membatasi pasokan hingga 2024 karena OPEC+ berusaha untuk meningkatkan harga minyak yang lesu.
"Produksi Arab Saudi untuk bulan Agustus 2023 akan menjadi sekitar 9 juta barel per hari," sumber resmi dari Kementerian Energi.
"Pemotongan sukarela tambahan ini dilakukan untuk memperkuat upaya pencegahan yang dilakukan oleh negara-negara OPEC+ dengan tujuan mendukung stabilitas dan keseimbangan pasar minyak," ucap sumber resmi SPA.
Rusia, pengekspor minyak terbesar kedua dunia setelah Arab Saudi, telah berjanji untuk mengurangi produksinya sebesar 500.000 barel per hari (bpd) menjadi 9,5 juta bpd mulai Maret hingga akhir tahun.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)