
Minyak Bergejolak Ditengah Problematika Bank Central China

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia di buka melemah pada pembukaan perdagangan Jumat (18/8/2023) setelah kenaikan 1% pada perdagangan sebelumnya.
Harga minyak mentah WTI di buka melemah 0,44% di posisi US$80,04 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent di buka jatuh 0,29% ke posisi US$83,88 per barel.
Pada perdagangan Kamis (17/8/2023), minyak WTI di tutup melonjak 1,27% ke posisi US$80,39 per barel, begitu juga dengan minyak brent melesat 0,80% ke posisi US$84,12 per barel.
Harga minyak naik pada hari Kamis setelah jatuh untuk tiga sesi berturut-turut sebelumnya, karena dolar melemah dan bank sentral China berusaha untuk meningkatkan pasar properti dan ekonomi yang lebih luas.
Harga minyak turun pada pembukaan perdagangan hari ini di tengah kekhawatiran tentang ekonomi China yang diperangi dan potensi kenaikan suku bunga AS lebih lanjut.
Bank sentral China mengatakan akan menjaga likuiditas dan mempertahankan kebijakan yang "tepat dan kuat" untuk mendukung pemulihan ekonomi melawan berbagai hambatan.
"Pedagang minyak menyukai fakta bahwa China tidak akan mentolerir pelemahan dalam aktivitas ekonomi," ucap Naeem Aslam dari Zaye Capital Markets.
Indeks dolar turun dari level tertinggi dua bulan sehari setelah risalah rapat Federal Reserve membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut dan data minggu ini menunjukkan ekonomi AS yang tangguh.
Suku bunga yang lebih tinggi dapat meningkatkan biaya pinjaman. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Pada catatan bullish, China membuat penarikan langka pada persediaan minyak mentah pada bulan Juli, pertama kalinya dalam 33 bulan turun ke penyimpanan.
Data yang dirilis pada hari Rabu menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun hampir 6 juta barel minggu lalu karena ekspor yang kuat dan tingkat penyulingan yang berjalan.
Namun stok bensin AS turun ke level terendah dalam lebih dari dua bulan, menurut data Administrasi Informasi Energi AS pada hari Rabu. Pasokan produk mingguan, proksi untuk permintaan, naik ke level tertinggi sejak Desember.
Minyak mentah dunia baik brent maupun crude WTI diprediksi akan tertahan di sekitar level US$80 per barel karena terlalu banyak risiko terhadap prospek ekonomi makro yang masih ada.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Persediaan Turun Tajam, Harga Minyak Mentah Dunia Menguat