Commodity News

Persediaan Turun Tajam, Harga Minyak Mentah Dunia Menguat

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Senin, 03/07/2023 09:45 WIB
Foto: dok PT Pertamina Hulu Energi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kembali menguat pada pembukaan perdagangan Senin (3/7/2023) di tengah penurunan tajam persediaan minyak di Amerika Serikat (AS).

Harga minyak mentah WTI dibuka naik 0,38% ke posisi US$70,37 per barel, harga minyak mentah brent juga dibuka menguat 0,32% ke posisi US$75,14 per barel.


Sementara pada perdagangan Jumat (30/6/2023), minyak WTI di tutup melonjak 1,12% ke posisi US$70,64 per barel sementara minyak brent juga melesat 0,75% ke posisi US$74,90 per barel.

Harga minyak berada di level lebih tinggi pada hari Jumat namun pergerakan secara kuartalan justru lebih rendah karena investor khawatir bahwa aktivitas ekonomi global yang lesu dapat mengurangi permintaan bahan bakar.

Harga telah berada di bawah tekanan dari kenaikan suku bunga di negara-negara ekonomi utama dan pemulihan manufaktur dan konsumsi China yang lebih lambat dari perkiraan.

Tanda-tanda penguatan aktivitas ekonomi AS dan penurunan tajam persediaan minyak AS pekan lalu dapat memberi dukungan pada kenaikan harga minyak mentah.

Pada hari Jumat, harga minyak mentah didukung oleh laporan Departemen Perdagangan AS yang menunjukkan kenaikan inflasi tahunan bulan lalu pada laju paling lambat dalam dua tahun.

Tanda-tanda inflasi yang moderat "bisa menahan Federal Reserve dari kenaikan suku bunga lagi," ucap John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York.

Pasar juga didukung oleh revisi naiknya permintaan minyak mentah dan produk olahan di AS.

Permintaan untuk produk crude and petroleum turun tipis menjadi 20,446 juta barel per hari di bulan April namun tetap kuat secara musiman, menurut data EIA.

Harga juga mendapat dukungan dari rencana Arab Saudi untuk memangkas produksi lebih lanjut sebesar 1 juta barel per hari pada Juli di samping kesepakatan OPEC+ yang lebih luas untuk membatasi pasokan hingga 2024.

"Meskipun ada pengumuman dua putaran pemotongan baru dari OPEC+/Arab Saudi, harga minyak mentah sebagian besar tetap di bawah US$80 per barel karena kurangnya didorong oleh fundamental dan lebih banyak oleh masalah ekonomi makro," ucap analis HSBC kepada Reuters.

"Kami pikir ini akan terus menjadi kasus selama musim panas, meskipun perkiraan defisit yang dalam sekitar 2,3 juta barel akan membantu memacu beberapa momentum kenaikan harga."

Sebuah survei Reuters terhadap 37 ekonom dan analis menunjukkan harga minyak akan berjuang untuk mendapatkan traksi tahun ini karena hambatan ekonomi global masih ada.

Perusahaan energi AS pekan lalu memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi selama sembilan minggu berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Juli 2020, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes, pada hari Jumat.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak