Suku Bunga Bikin Minyak Ogah Naik

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Senin, 26/06/2023 09:40 WIB
Foto: CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak menguat tipis pada pembukaan perdagangan Senin (26/6/2023) setelah di tutup melemah pada perdagangan sebelumnya karena kekhawatiran permintaan dan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih tinggi.

Harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,98% ke posisi US$69,84 per barel sementara harga minyak mentah brent dibuka menguat 0,88% ke posisi US$74,50 per barel.


Pada perdagangan Jumat (23/6/2023), minyak WTI di tutup melemah 0,50% ke posisi US$69,16 per barel sementara minyak brent juga terkoreksi 0,39% ke posisi US$73,85 per barel.

Harga minyak ditutup lebih rendah pada perdagangan Jumat karena para pedagang khawatir kenaikan suku bunga dapat melemahkan permintaan meskipun ada tanda-tanda pasokan yang lebih ketat termasuk stok minyak mentah AS yang lebih rendah.

Pada hari Kamis, Brent turun sekitar US$3 per barel setelah Bank of England (BoE) menaikkan suku bunga setengah poin persentase yang lebih besar dari perkiraan. Bank sentral di Norwegia dan Swiss juga menaikkan suku bunga.

Benchmark turun lebih dari 3,5% untuk minggu kemarin.

Kenaikan suku bunga AS juga diperkirakan segera terjadi. Presiden Bank Federal Reserve San Francisco Mary Daly mengatakan dua kenaikan suku bunga lagi tahun ini adalah proyeksi yang "sangat masuk akal".

"Tampaknya ada jenis perdagangan 'risiko mundur' yang berkembang sekarang dalam minyak mentah, dipicu oleh kenaikan suku bunga di UE dan angka stimulus yang mengecewakan dari China," ucap Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Kenaikan suku bunga Bank of England memicu likuidasi dana dan produsen energi bergerak ke mentalitas "lindung nilai sekarang", tambah Kissler.

Suku bunga yang lebih tinggi meningkatkan biaya pinjaman untuk bisnis dan konsumen, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Penghindaran risiko di kalangan investor juga mendorong nilai dolar AS, yang menekan harga minyak dengan membuat komoditas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Aktivitas bisnis AS juga turun ke level terendah tiga bulan di bulan Juni karena pertumbuhan jasa mereda untuk pertama kalinya tahun ini dan kontraksi di sektor manufaktur semakin dalam.

Indeks utama Wall Street turun, sementara harga emas berada di jalur penurunan mingguan terbesar sejak awal Februari.

Pemulihan ekonomi China yang menjanjikan tersendat dengan beberapa bulan berturut-turut data konsumsi, produksi dan pasar properti yang lebih lemah dari perkiraan.

Kekhawatiran resesi dan permintaan melebihi tanda-tanda pengetatan di sisi penawaran.

Perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi selama delapan minggu berturut-turut, ungkap perusahaan jasa energi Baker Hughes Co BKR.O.

Jumlah rig minyak AS, indikator produksi di masa depan, turun 6 menjadi 546 minggu ini, terendah sejak April 2022.

Laporan inventaris AS minggu ini menunjukkan stok minyak mentah membukukan penurunan mengejutkan sebesar 3,8 juta barel.

Hal ini juga diatur untuk memperketat pasar adalah pemotongan produksi Arab Saudi sebesar 1 juta barel per hari pada bulan Juli yang diumumkan bersamaan dengan kesepakatan OPEC+ untuk membatasi pasokan hingga 2024.

Pengelola uang menaikkan net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsi di New York dan London sebesar 4.790 kontrak menjadi 78.064 dalam seminggu hingga 20 Juni, ucap Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) pada hari Jumat.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?