'Jamu' BI Manjur, Dana Mengalir Rp108,4 T ke Perbankan

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Kamis, 22/06/2023 19:15 WIB
Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat mengumumkan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juni 2023. (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Demi mendorong penyaluran kredit di Indonesia, Bank Indonesia telah mengucurkan injeksi likuiditas dalam bentuk stimulus makro prudential sebesar Rp 108,4 triliun kepada perbankan.

Injeksi itu terus dilakukan karena BI menganggap ketidakpastian pasar keuangan global masih akan terus berlanjut ditandai dengan masih tingginya tren kenaikan suku bunga acuan di negara-negara maju, baik di Amerika Serikat maupun Eropa, karena tekanan inflasi masih berlangsung.


"Selama ini BI beri stimulus makro prudensial dalam bentuk tambahan likuiditas kepada bank-bank yang salurkan kredit ke 46 sektor prioritas, UMKM, KUR, dan hijau. Totalnya Rp 108,4 triliun kepada 122 bank," kata Perry saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (22/7/2023).

Injeksi likuiditas itu kata dia diberikan karena sebagai bagian dari fokus BI untuk mendorong pemulihan ekonomi Indonesia dari dampak Pandemi Covid-19. Namun, setelah sektor-sektor mulai pulih dari dampak pandemi saat ini, ia memastikan injeksi itu masih akan diberikan sebagai upaya mendorong industrialisasi.

"Alhamdulillah, puji Tuhan sekarang sudah banyak sebagian besar pulih dan sekarang untuk dorong hilirisasi pertambangan, pertanian, perkebunan, dan perikanan, kemudian perumahan karena leading sektor, juga pariwisata dan tetap kepada UMKM, KUR, dan ekonomi keuangan hijau," ungkapnya.

Penyaluran kredit perbankan sendiri memang hingga kini lebih lemah dibanding realisasi pada 2022 yang pertumbuhannya sempat menyentuh ke level di atas 11%. Kredit perbankan pada Mei 2023 tumbuhnya di level 9,39% (yoy), meski lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 8,08% (yoy).

"Kenaikan pertumbuhan kredit terjadi pada semua jenis kredit di sebagian besar sektor ekonomi, seperti sektor Jasa Dunia Usaha, Pertambangan, Industri, dan Jasa Sosial," ucap Perry.

Pertumbuhan kredit didorong oleh peningkatan permintaan sejalan kinerja korporasi yang tumbuh tinggi serta tersedianya likuiditas dan longgarnya standar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan.

Adapun pembiayaan syariah masih tumbuh tinggi mencapai 19,45% (yoy) pada Mei 2023. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit sebesar 7,61% (yoy) pada Mei 2023, didukung realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 80,25 triliun hingga 31 Mei 2023.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bankir Putar Otak Genjot Kredit Saat Daya Beli & Ekonomi Lesu