BI Bakal Tahan Suku Bunga, Saham Bank Jumbo Loyo
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perbankan raksasa kompak terkoreksi pada perdagangan sesi I Rabu (21/6/2023), di mana Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali menahan suku bunga acuan.
Keputusan Bank Sentral mengenai suku bunga acuan akan diputuskan dalam usai Rapat Dewan Gubernur besok, Kamis (22/6/2023).
Rupanya kabar tersebut menjadi sentimen negatif bagi saham bank jumbo.
Berikut pergerakan empat bank raksasa (big four)pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | 5.075 | -0,49% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 5.525 | -0,45% |
Bank Central Asia | BBCA | 9.025 | -0,28% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.050 | -0,28% |
Sumber: RTI
Per pukul 11:32, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi saham bank raksasa yang koreksinya paling besar, meski masih di bawah 0,5%, yakni melemah 0,49% ke posisi Rp 5.075/unit. Bahkan, saham BMRI juga memberatkan IHSG sebesar 2,4 indeks poin.
Adapun pada hari ini, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI resmi dimulai dan akan berlangsung hingga Kamis besok.
BI diproyeksi akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada bulan ini. BI juga diperkirakan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Dari 13 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, semuanya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
Suku bunga sebesar 5,75% sudah berlaku sejak Januari tahun ini. Kubu MH Thamrin sendiri sudah mengerek suku bunga sebesar 225 bps dari 3,50% pada Juli 2022 menjadi 5,75% pada Januari tahun ini.
Suku bunga kemudian dipertahankan pada level tersebut pada pertemuan Februari, Maret, April, dan Mei.
BI diproyeksi akan mempertahankan suku bunga di level 5,75%, karena kondisi ekonomi domestik yang masih sangat baik, terutama inflasi.
Inflasi terus melandai ke 4% (year-on-year/yoy) pada Mei tahun ini, terendah sejak Mei 2022 atau setahun terakhir. Inflasi inti melandai menjadi 2,66% (yoy) atau terendah sejak Juli 2022.
Ditahannya suku bunga dapat menjadi sentimen negatif bagi sektor perbankan. Jika suku bunga tidak naik maka bunga deposito pun tidak naik, sehingga akan banyak orang beralih ke investasi yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Dengan demikian hal ini dapat mengurangi pendapatan dari perbankan.
Bertahannya suku bunga acuan juga akan membuat bunga pinjaman tidak naik sehingga hal ini berdampak pada pendapatan bunga perbankan. Akan tetapi, suku bunga yang stabil akan membuat para pelaku usaha mengajukan kredit baru untuk ekspansi usaha.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)