China Mau Pangkas Suku Bunga? Bursa Asia Dibuka Bervariasi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
20 June 2023 08:52
FILE PHOTO: Men stand in front of a stock quotation board outside a brokerage in Tokyo, Japan December 19, 2018. REUTERS/Issei Kato
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka beragam pada perdagangan Selasa (20/6/2023), di tengah prediksi pasar bahwa bank sentral China akan kembali memangkas suku bunga acuannya.

Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,23%, Straits Times Singapura naik tipis 0,06%, dan ASX 200 Australia bertambah 0,15%.

Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,47%, Shanghai Composite China terpangkas 0,13%, dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,08%.

Dari China, bank sentral (People's Bank of China/PBoC) diperkirakan akan memangkas suku bunga pinjaman acuannya pada hari ini, untuk menopang pemulihan yang melambat di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Suku bunga pinjaman tenor 1 tahun diperkirakan akan dipangkas menjadi 3,55%, dari sebelumnya 3,65%. Sedangkan Suku bunga pinjaman tenor 5 tahun juga akan dipangkas menjadi 4,2%, dari sebelumnya sebesar 4,3%.

Sebelumnya pada pekan lalu, PBoC juga telah memangkas suku bunga seven day reverse repo sebesar 10 basis poin menjadi 1,9%.

Penurunan suku bunga tersebut membuat PBoC menambah likuiditas sebesar dua miliar yuan (US$ 279,97 juta) ke perekonomian.

Langkah mengejutkan tersebut sekaligus membuktikan perekonomian China sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, ke depannya suku bunga acuan jangka menengah diperkirakan akan kembali dipangkas.

Banyak yang melihat China tidak bisa lagi mencapai pertumbuhan ekonomi dobel digit, bahkan rata-rata jangka panjang diperkirakan hanya 4%.

Direktur Pelaksana Dana Moneter International (IMF), Kristalina Georgieva pada akhir Maret lalu bahkan mendesak agar China segera melakukan penyeimbangan ekonomi, dari pertumbuhan yang ditopang oleh investasi ke konsumsi domestik.

Dalam pidatonya di China Development Forum Minggu (26/3/2023) di Beijing, Georgieva menyebut pertumbuhan yang ditopang konsumsi akan lebih tahan lama, tidak terlalu bergantung dengan utang, dan membantu mengatasi perubahan iklim.

Bukti masalah yang ditimbulkan dari pertumbuhan yang ditopang investasi kini sudah terlihat di China, utang pemerintah daerah (Pemda) dikabarkan menembus US$ 15,3 triliun atau hampir Rp 230.000 triliun (kurs Rp 15.000/US$). Bahkan, menurut estimasi Goldman Sachs nilainya mencapai US$ 23 triliun.

Kemudian sektor manufaktur China mengalami kontraksi yang cukup dalam. Artinya pabrik-pabrik mengalami penurunan aktivitas, misalnya produksi menurun. Dampaknya ke tenaga kerja, bukannya merekrut malah bisa jadi terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.

Selain bank sentral China, di Australia, bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) juga akan mengadakan minutes of meeting atau notula rapat pada hari ini. Selain itu, beberapa pejabat RBA juga akan memberikan pidatonya terkait kebijakan suku bunga RBA.

RBA memilih untuk menaikkan sebesar 25 basis poin (bp) pada pertemuan Juni, mengirimkan suku bunga di atas 4%.

RBA telah menaikkan suku bunga resmi 12 kali sejak Mei tahun lalu, memilih untuk menaikkan pada setiap pertemuan kecuali April.

Di lain sisi, pasar juga akan memantau dampak dari perkembangan geopolitik AS dan China, setelah keduanya melakukan pertemuan diplomatik.

Melansir Bloomberg News, Minggu kemarin, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken tiba di Beijing pada Minggu pagi untuk melakukan kunjungan diplomatik kilat sebagai upaya Presiden AS, Joe Biden untuk menstabilkan ketegangan antara dua ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Presiden China Xi Jinping pun memuji kemajuan hubungan negaranya dengan AS. Pujian itu disampaikan dalam pertemuan Xi dengan Blinken di Beijing pada Senin kemarin.

"Kedua belah pihak sepakat untuk menindaklanjuti pemahaman bersama yang telah dicapai Presiden Biden dan saya di Bali. Kedua belah pihak juga telah membuat kemajuan dan mencapai kesepakatan tentang beberapa masalah tertentu. Ini sangat bagus," kata Xi kepada Blinken di awal pertemuan, mengutip Reuters.

Namun dalam pertemuan itu, Xi juga mendesak AS untuk tidak melukai hak dan kepentingan sah China, sebuah sinyal potensi titik nyala seperti Taiwan, pulau demokratis yang diklaim Beijing sebagai miliknya.

Blinken menanggapi dengan mengatakan kedua negara memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola hubungan mereka. "Amerika Serikat berkomitmen untuk melakukan itu," katanya.

Meski begitu, pertemuan Xi dan Blinken yang berlangsung sekitar 30 menit disebut-sebut dapat membantu memfasilitasi pertemuan puncak antara Xi dan Biden di akhir tahun 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Investor Masih Lakukan Aksi Profit Taking, Bursa Asia Lesu Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular