Wamen BUMN Bicara Kemungkinan Polesan Kinerja WSKT dan WIKA
Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus menyelidiki dugaan manipulasi pada laporan keuangan perusahaan pelat merah di sektor karya.
Hal ini seiring dengan munculnya dugaan manipulasi keuangan di PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) pada arus kas yang negatif.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan kemungkinan yang bisa saja terjadi pada kasus laporan keuangan Wika dan Waskita adalah terdapat pandangan di sisi akuntansi seperti yang terjadi pada laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) beberapa waktu silam.
"Pernah ada isu restatment Garuda karena ada isu penyewaan Wifi yang cukup besar. Bisa jadi ini ada perbedaan persepsi mengenai akuntansi. Contoh di Waskita pernah ada pendapatan masa depan dari penjualan jalan tol yang diakui masa kini. Nanti kita teliti konsep akuntansi menyalahi aturan apa tidak," jelas pria yang akrab disapa Tiko dalam acara Power Lunch CNBC Indonesia, Senin (19/6).
Dengan demikian, pihaknya akan menyelidiki lebih jauh apakah hal-hal tersebut diizinkan atau menyalahi aturan yang berlaku dari kacamata akuntansi.
"Isunya terlalu longgar. Apakah terjadi perbedaan persepsi atau penyalagunaan kebijakan akuntansi untuk manipulasi laporan keuangan," sebutnya.
Tiko mengaku, dari segi pengawasan BUMN sendiri dari sisi akuntansi dinilai sudah sangat ketat. "Pengawasan sudah berlapis dan kami menekankan pertama yang paling pertama akuntan publik dan komisaris yang menyetujui laporan keuangan tahunan," imbuhnya.
Tiko menegaskan, jika seandainya memang terbukti laporan keuangan dimanipulasi perlu diketahui motivasinya. Sebab, memang perusahaan cenderung berupaya membuat laporan keuangan terlihat baik untuk mendapatkan modal pendanaan dari perbankan.
"Ini andai andai. Memang waktu itu mereka banyak berikan laporan keuangan yang baik agar bs fundraising. Ini jadi tekanan waktu itu buat laporan keuangan yang baik biar terlihat kinerja baik. Atau mau tunjukan profit yang besar. Ini akan kita lihat saat audit, motivasinya apa," tegasnya.
Tiko menambahkan, dalam kasus ini, pihaknya akan menggunakan asas praduga tak bersalah. Pihaknya akan melakukan kajian dengan BPKP terlait perbedaan drastis antara pencatatan laporan keuangan yang berbeda dengan kondisi sebenarnya.
"Laba rugi bagus tapi arus kas habis dan perlu restrukturisasi. Kami sebagai pemegang saham mayoritas sangat concern, yang saat itu beli obligasi bagus," pungkasnya.
(mkh/mkh)