RI Jadi Primadona, Sri Mulyani Cs 'Jual Mahal' ke Investor

Tim Riset, CNBC Indonesia
19 June 2023 08:10
Direktur SUN DJPPR Kementerian Keuangan Deni Ridwan saat menghadiri acara CNBC Indonesia 'Money Talks On Location' di Jakarta, Rabu (14/6/2023). Acara 'Money Talks On Location' kali ini membahas topik tentang
Foto: (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Posisi Indonesia tengah berada di atas angin. Hal ini disebabkan oleh posisi kas negara yang memadai, kondisi APBN yang masih surplus sehingga pemerintah 'jual mahal' dalam menarik utang.

Buktinya, pemerintah bahkan terus menurunkan target indikatif penerbitan utang Surat Berharga Negara (SBN). Pada awal tahun target indikatif ditetapkan sebesar Rp 23-34,5 triliun.

Angkanya terus menurun menjadi Rp 20-30 triliun pada Maret, diturunkan menjadi Rp 17-25,5 triliun pada Mei dan menjadi Rp 15-22,5 triliun.

Selain itu, pemerintah membatasi jumlah utang yang diserap. Dalam tiga lelang Surat Utang Negara (SUN) terakhir, penawaran yang datang selalu di atas Rp 55 triliun tetapi pemerintah hanya mengambil Rp 15 triliun atau di bawah 26%.

Pada lelang terakhir, Selasa (13/6/2023), total penawaran yang diterima pemerintah mencapai Rp 76,24 triliun. Penawaran yang datang pada lelang kemarin menjadi yang terbesar sejak Februari 2022 atau 16 bulan terakhir.

Namun, pemerintahhanya menyerap utang senilai Rp 15 triliun. Artinya, pemerintah memenuhi target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 15-22,5 triliun.

"Jual mahal, iya betul. Kalau kita lihat kondisi kas pemerintah saat ini cukup tinggi sehingga itu cukup confidance untuk bisa mengurangi target penerbitan SBN selama 2023 ini," ungkap Direktur SUN Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan, dalam acara CNBC Indonesia Money Talks On Location 2023, Jakarta, dikutip Senin (19/6/2023).

Kecukupan kas, kata Deni, ditopang penerimaan pajak yang cukup baikk dan belanja yang terkendali. Alhasil, posisi APBN mengalami surplus sebesar Rp 234,7 triliun atau 1,12% terhadap produk domestik bruto (PDB) per April 2023. Bahkan, Deni mengungkapkan defisit anggaran ditetapkan sebesar 2,84% dari PDB. Realisasi defisit kemungkinan lebih kecil karena pendapatan negara yang memadai. Dengan demikian, penerbitan utang pun bisa dikurangi.

SUN Laris Manis

Surat Utang Negara (SUN) diserbu peminat pada lelang terakhir, terutama investor asing. Penawaran yang datang bahkan menjadi yang tertinggi sepanjang tahun ini.

Pemerintah melaksanakan lelang SUN kemarin, Selasa (13/6/2023), untuk tujuh seri. Di antaranya adalah SPN12230914 (reopening), SPN12240229 (reopening), FR0095 (reopening), FR0096 (reopening), FR0098 (reopening), FR0097 (reopening) dan FR0089 (reopening).

Total penawaran yang diterima pemerintah mencapai Rp 76,24 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi sepanjang tahun ini. Jika ditarik lebih jauh, penawaran yang datang pada lelang kemarin menjadi yang terbesar sejak Februari 2022 atau 16 bulan terakhir.

Dari penawaran masuk, penawaran dari investor asing tercatat Rp 19,16 triliun. Jumlah tersebut adalah yang tertinggi tahun ini. Bila ditarik lebih jauh, penawaran dari investor asing ini adalah yang tertinggi sejak Agustus 2021 atau hampir dua tahun.

Dari jumlah penawaran tersebut, pemerintah hanya menyerap utang dari investor asing sebesar Rp 6,68 triliun, tertinggi sejak 14 Maret 2023. Secara keseluruhan, pemerintah menyerap utang senilai Rp 15 triliun. Artinya, pemerintah memenuhi target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 15-22,5 triliun.

Dengan tingginya minat investor asing. Deni berharap yield atau imbal hasil seri benchmark 10 tahun bisa ditekan ke bawah 6%.

Merujuk data Refinitiv, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun turun ke 6,26% kemarin. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak November 2021.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minat Lelang SUN Lesu Jelang Lebaran, Ini Penyebabnya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular