Syarat Harga Batu Bara Naik Pekan Ini: Ada Bantuan China!

mae, CNBC Indonesia
19 June 2023 06:47
Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)
Foto: Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara ambruk pekan lalu. Pergerakan harga batu bara pekan ini diharapkan sedikit membaik dengan meningkatnya permintaan dari India dan China serta kabar baik dari Eropa.

Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (12/6/2023), harga batu bara kontrak dua bulan atau Juli di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 133,05 per ton. Harganya ambruk 4,77%.

Secara keseluruhan, harga batu bara jatuh 7,41% pada pekan lalu. Kondisi ini berbanding terbalik dengan lonjakan 7,11% pada pekan sebelumnya.

Harga batu bara pekan ini masih akan dipengaruhi oleh pergerakan harga gas serta perkembangan gelombang panas di China dan India.

Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) terbang 9% pada pekan lalu 19% ke 35,01 euro per mega-watt hour (MWh). Kenai8kan ini memperpanjang tren penguatan harga gas yang juga melonjak 35,3% pada pekan sebelumnya.

Kenaikan harga gas dipicu oleh gangguan pasokan setelah Belanda memutuskan akan menutup ladang gas mereka di Groningen. Pengurangan pasokan dari Norwegia diperkirakan akan tetap berlanjut pekan ini sehingga harga gas masih bisa bertahan tinggi.
Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas alam sehingga harganya akan saling mempengaruhi.

Harga batu bara juga diharapkan membaik sejalan dengan kenaikan permintaan di India dan China di tengah gelombang panas. Kota-kota di China seperti Beijing tengah menghadapi kenaikan suhu sekitar 4% di atas rata-rata.

Kenaikan suhu tidak hanya berdampak kepada meningkatnya permintaan listrik untuk pendingin ruangan. Suhu dan kekeringan juga membuat produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) menurun drastis.

Sepanjang Januari-Mei, produksi listrik China meningkat 5,3%atau sekitar 173 miliar kilowatt-hours (kWh). Pembangkit batu bara menyumbang 149 miliar kWh sementara dari PLTA malah turun 82 miliar kWh.

Dua provinsi penyumbang PLTA terbesar yakni Sichuan dan Yunnan dihadapkan pada kekeringan. Produksi listrik dari kedua provinsi pada Januari-Mei 2023 bahkan mencapai titik terendah sejak 2015.

Jika kondisi terus memburuk maka China bisa menaikkan impor sepanjang Juni tahun ini.

Impor batu bara Tiongkok pada Mei memang turun 2,7% dibandingkan April menjadi 39,58 juta ton. Namun, secara akumulatif, impor melonjak 89,6% menjadi 182 juta ton pada Januari-Mei 2023.

India juga tengah dihadapkan pada gelombang panas. Wilayah India bagian tengah, utara, dan barat daya menghadapi gelombang panas sejak pekan lalu dengan suhu menembus 42-44 derajat Celcius.

Untuk mengantisipasi lonjakan penggunaan listrik, pemerintah India sudah meminta pembangkit meningkatkan kapasitasnya.
Kementerian Listrik India, Senin (12/6/2023), mengumumkan mengenai kewajiban operasi dengan kapasitas penuh bagi pembangkit yang menggunakan batu bara impor hingga 30 September mendatang.

Produksi dengan kapasitas penuh tersebut untuk memenuhi tingginya permintaan listrik di tengah suhu udara yang terus meningkat.

Kabar baik juga datang dari Eropa. Reuters melaporkan jika Uni Eropa kemungkinan besar akan mengijinkan anggotanya untuk memperpanjang usia pembangkit batu bara.
Uni Eropa akan membahas proposal tersebut dan diharapkan sudah memutuskannya paling terlambat pekan depan.

Pembangkit yang sudah terpasang sejak Juli 2019 akan tetap diijinkan beroperasi dengan sejumlah ketentuan untuk membatasi emisi karbon.

Salah satu negara yang menginginkan kelanjutan operasional batu bara adalah Polandia. Negara tersebut masih menggantungkan 70% produksi listriknya dari batu bara.
CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kurang 'Vitamin', Harga Batu Bara Diramal Masih Lemah Lesu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular