
Bos StanChart Ungkap Mata Uang Alternatif Dolar AS, Apa Tuh?

Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya menghentikan dan mengurangi penggunaan dolar AS atau dedolarisasi dalam menyelesaikan perdagangan luar negeri semakin keras dan meluas ke berbagai negara.
Selain blok ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), Mesir mulai aktif membuang dolar. Mesir kini lebih berupaya menggunakan mata uang lokal untuk membayar impornya dari India, China, dan Rusia.
Demikian pula dengan Indonesia, Bank Indonesia telah mengembangkan sistem pembayaran, local currency transaction, yang kini dapat digunakan dalam settlement perdagangan dan jual beli individu di sejumlah negara Asean dan Asia.
Standard Chartered Group Chairman Jose Vinals menilai fenomena dedolarisasi ini muncul akibat banyaknya masalah geopolitik yang terjadi saat ini. Selain itu, dunia kini mengalami multipolarisasi.
Namun, dia meyakini kekuatan dolar cukup kuat. Masyarakat dunia, menurutnya, hanya menginginkan alternatif selain dolar AS.
"Dalam dunia yang multipolar, orang menginginkan alternatif. Dolar akan tetap menjadi mata uang yang prominent, tetapi orang akan menginginkan alternatif," tegasnya saat Editors Roundtable Meeting, dikutip Minggu (18/9/2023).
Yang menarik, mata uang alternatif ini akan menopang dan memberikan diversifikasi ekonomi. Di Asia, dia melihat renminbi China menjadi mata uang yang tepat sebagai alternatif.
"Renminbi sangat well-positioned. Ini membantunya dalam internasionalisasi," kata Jose. China, lanjutnya, banyak melakukan perdagangan dengan negara Asia dan Asean.
"Dalam poin tertentu, China mungkin tertarik membangun mata uang alternatif," tambahnya. Posisi Standard Chartered, yang menjadi bank dengan likuiditas dolar terbesar keenam di dunia, akan tetap bermain dalam dolar, tetapi perusahaan akan mendukung adanya alternatif.
Kendati demikian, Jose melihat sulit untuk mengantikan posisi dolar yang prominen. Hal ini membutuhkan waktu yang lama. Melihat posisi Indonesia dan Asean, Jose menilai kebijakan Presiden Joko Widodo yang mendorong LCT serta sistem pembayaran terintegrasi di kawasan sebagai kebijakan yang baik. Dia berharap hal ini dapat berjalan dengan baik pula.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI, China Sampai Jepang Makin Tinggalkan Dolar AS