Efek Dividen Jumbo, Gimana Peluang Saham PTBA?
Jakarta, CNBC Indonesia - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) telah memutuskan pembagian dividen untuk laporan keuangan 2022. Nilai dividen mencapai Rp 12,56 triliun setara dengan 100% laba bersih 2022.
Setiap pemegang 1 saham PTBA berhak mendapatkan dividen Rp 1.094 atau setara dengan dividel yield 30,14%. Ini merupakan dividen yield terbesar di antara emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Meski demikian, secara historis saham PTBA akan berfluktuasi jelang cum date dividen. Pada perdagangan hari ini, Jumat (16/6), saham PTBA sempat dibuka naik hingga Rp 4.000 atau lebih dari 10%.
Namun perlu diingat, pada tahun-tahun sebelumnya, saham PTBA akan turun signifikan pada ex date atau tanggal perdagangan saham tanpa hak dividen.
Nah bagi pemburu dividen PTBA perlu cermat memantau fundamental dan prospek kinerja PTBA ke depan agar tidak merugi akibat dividen trap. Sama seperti emiten batubara lainnya, kinerja PTBA sangat sensitif terhadap harga batubara.
Meskipun harga batubara sudah turun dari puncak pada 2020-2021, namun bukan berarti tidak bisa rebound. Peluang besar kenaikan harga batubara adalah el nino berkepanjangan yang terjadi pada tahun ini.
El Nino adalah suatu fenomena di mana suhu permukaan laut mengalami peningkatan di atas kondisi normal. Hal ini menyebabkan gelombang panas dan banyak wilayah mengalami kekeringan.
Dengan kondisi semakin banyak kebutuhan listrik karena peningkatan penggunaan pendingin ruangan maupun kebutuhan lainnya. Alhasil konsumsi batubara untuk pembangkit listrik akan semakin besar.
Pada pekan lalu harga batu bara acuan di pasar ICE Newcastle (Australia) untuk kontrak Juli 2023 terpantau melonjak 7,12% secara point-to-point (ptp) ke level US$143,7 per ton.
Lonjakan harga batu bara pada pekan lalu ditopang oleh menguatnya harga gas alam serta krisis energi di Bangladesh. Namun, penguatan harga batu bara masih cenderung tertahan karena melambatnya permintaan dari China dan melambatnya kembali perekonomian China.
Bila harga batubara kembali meningkat, hal tersebut akan otomatis mendorong pendapatan PTBA. Pada kuartal I-2023 PTBA mencatatkan produksi batu bara naik 7% secara tahunan menjadi Rp 6,8 juta ton.
Dari sisi penjualan, total volume sales batu bara PTBA mencapai 8,8 juta ton atau tumbuh 26% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 7 juta ton. Di saat yang sama, rata-rata harga jual batu bara PTBA atau yang dikenal dengan average selling price (ASP) tetap stabil di Rp 1,1 juta/ton. Akibat dari stabilnya harga jual serta peningkatan volume penjualan yang signifikan tersebut, pendapatan perseroan mampu meningkat sebesar 21% secara tahunan menjadi Rp 10 triliun.
Ke depan, kinerja bisnis PTBA akan ditopang oleh kinerja operasionalnya yang akan terus membaik. Pada kuartal I-2023, nisbah kupas atau dikenal dengan Stripping Ratio (SR) konsolidasian PTBA berada berada di 7,1x.
"Kami perkirakan stripping ratio akan kembali normal pada kuartal selanjutnya sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh perseroan sebesar 6,3x, setelah aktivitas pra-pengupasan di tambang Air Laya menjadi normal di kuartal berikutnya" tulis Ciptadana Sekuritas dalam laporan risetnya. Penurunan stripping ratio akan menjadi katalis positif untuk profitabilitas PTBA.
(dpu/dpu)